Bandung – Kepala Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Adrin Tohari, menjelaskan perubahan tata guna lahan menimbulkan potensi bencana longsor di wilayah perbukitan Bandung. Potensi itu kian nyata dengan adanya hujan dan sesar Lembang di Bandung utara yang meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, hingga Cimahi.
“Sekarang bisa kita lihat banyak sekali pemukiman di situ Bandung Utara. Daerah-daerah perbukitan itu sudah berubah jadi pemukiman. Tentunya ketika satu kawasan terbuka maka tanah akan mudah sekali menyerap air hujan,” jelas Adrin di sela diskusi terkait fenomena Selat Muria di Kantor BRIN.
Ia menjelaskan bahwa daerah perbukitan seperti di Lembang merupakan tanah vulkanik yang belum mengalami pemadatan, sehingga dengan mudah air masuk mengisi pori-porinya. Apabila pori-pori tersebut jenuh air, maka akan terjadi longsor. Pemerintah pun diharapkan segera memperbaiki tata guna lahan di daerah tersebut. Salah satunya dengan melakukan penghijauan di daerah tersebut.
Saat ini Pusat Riset Kebencanaan Geologi telah melakukan pemasangan alat untuk memantau sejumlah titik sesar Lembang. Pemantauan dilakukan setelah riset memprediksi periode ulang sesar ini memiliki interval yang tidak lama. Salah satu wilayah yang dipantau adalah kawasan Gunung Batu.
“Sesar itu punya periode ulang yang tidak lama. Jadi mungkin 100 tahun dari event yang terakhir. Itu yang sedang kita coba pahami kira-kira pada saat ini kondisi sesar lembang itu sedang menghimpun energi atau tidak,” terangnya.