Jombang – Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Sadarestuwati meminta kepada seluruh kader partai Banteng untuk terus turun ke bawah (Turba) menyapa rakyat demi memenangkan paslon nomor urut 3, Ganjar-Mahfud.
Hal itu disampaikannya dalam acara Silaturahmi istri Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Supriyanti, dengan warga dan tokoh masyarakat se-Kabupaten Jombang di Gudang New Sedulur Estu, Jombang, Jawa Timur, Minggu (28/1).
Kegiatan itu merupakan safari politik hari ke-5 Atikoh di Jawa Timur, setelah sebelumnya mengunjungi Nganjuk, Batu, Malang Raya, Blitar, Probolinggo, Lumajang dan Banyuwangi.
“Hari ini mba Atikoh sudah datang, tentunya itu adalah ikrar kita untuk memenangkan satu putaran di Kabupaten Jombang khususnya,” kata Sadarestuwati.
Ia juga meminta para kader untuk jangan lagi bersantai-santai, mengingat Pemilu 2024 yang akan dihelat pada 14 Februari mendatang semakin dekat.
“Jadi tidak ada lagi yang santai-santai. Semuanya harus turun, turun dan turun, sampaikan kepada masyarakat bahwa Ganjar-Mahfud adalah yang terbaik saudara-saudara sekalian,” ujarnya.
Kalaupun ada kendala di lapangan, atau intimidasi dari pihak-pihak para kader Banteng diminta berani dan solid menghadapinya.
“Untuk itu sekali lagi saudara-saudara sekalian, saya minta solid dan terus bergerak untuk memenangkan Ganjar-Mahfud,” tegasnya.
Pada kesempatan itu, Sadarestuwati juga mengungkit jejak kelam capres nomor urut 2, Prabowo Subianto saat Indonesia dilanda krisis pada tahun 1998 silam.
Awalnya, Estu, sapaan karib Sadarestuwati membeberkan soal keunggulan Ganjar dibanding dua capres rivalnya di Pilpres 2024.
Menurutnya, Capres nomor urut 1, Anies Baswedan dan Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto, tak sehebat Ganjar, mulai dari program maupun visi-misinya untuk rakyat.
“Yang nomor satu (Anies) ini jelas tidak sesuai dengan kita. Nomor dua (Prabowo) jelas mempunyai jejak hitam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita,” kata Estu dalam sambutannya.
Ia bahkan menyebut ada koleganya yang vokal mengkritik pemerintah merasakan kekejaman rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto, mertua dari Prabowo Subianto.
“Itu bisa kita ketahui yang senior saya atau diatas saya pasti dulu sudah pernah kita dikejar-kejar, dibuat rasa takut ketika harus berbicara politik di mana pun berada,” ujarnya.
Saat Prabowo menjabat Danjen Kopassus, Capres pendamping Gibran Rakabuming Raka itu diduga kuat terlibat kasus penghilangan paksa dan penculikan aktivis 98.
“Semuanya harus dikunci. Tidak bisa seperti sekarang, mau mengkritisi pemerintah pun kita dengan sangat mudah,” imbuhnya.
Bahkan, kata anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan ini, Wakil Bupati Jombang periode 2018-2023, Sumrambah, pernah menjadi korban rezim Orde Baru.
“Dulu Mas Sumrambah. Berdiri mana?Ini Mas Rambah adalah salah satu yang hampir menjadi korban 98. Dan beliau diselamatkan oleh gereja dan Alhamdulilah sampai hari ini bahkan bisa menjadi wakil bupati di Kabupaten Jombang,” ungkapnya.
“Sekali lagi saudara-saudara sekalian, saya minta solid dan terus bergerak untuk memenangkan Ganjar-Mahfud,” pungkasnya.