Jakarta – Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Habiburokhman, menyayangkan pernyataan cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar yang mengkritik kebijakan pemerintah berutang demi membeli alat utama sistem pertahanan (alutsista). Muhaimin memang membuat pernyataan itu saat bertemu dengan para petani dalam acara “Nitip Gus” di area sawah kawasan Sijalak Harupat Kabupaten Bandung, Jawa Barat (3/1). Ia mempertanyakan mengapa pemerintah membeli alutsista saat negara sedang tidak berperang.
Menurut Muhaimin, pemerintah mustinya menggunakan anggaran untuk kebutuhan masyarakat yang mendesak. Semisal membeli alat pertanian untuk para petani agar bisa memproduksi bahan pangan. Namun yang terjadi sekarang malah membeli alutsista dengan harga mahal.
“Itu menunjukkan ketidakpahaman Pak Muhaimin soal geopolitik dan geostrategis,” kata Habiburokhman di Kantor Bawaslu Jakarta Pusat, Tanah Abang, pada hari Rabu (3/1).
Lebih lanjut, Wakil ketua Umum Partai Gerindra itu menjelaskan bahwa pembelian alutsista diperlukan untuk persiapan menghadapi kemungkinan pecahnya perang. Pembeliannya justru harus dilakukan sebelum perang, karena prosesnya panjang dan tidak mudah.
“Beli senjata itu enggak seperti beli Indomie ke minimarket, ya kan. Ada duit belum tentu bisa beli,” tambahnya.
Ia kemudian mengingatkan tidak ada yang bisa menduga kapan datangnya perang. Sebagai contoh, beberapa tahun lalu saat debat capres Jusuf Kalla pernah mengatakan 20 hingga 30 tahun ke depan tidak akan ada perang. Kenyatannya, sekarang ada perang Rusia – Ukraina dan perang Israel – Hamas. Belum lagi ketegangan di kawasan Laut China Selatan yang kian memanas. Maka semua upaya preventif, di antaranya pembelian alutsista, harus segera dilakukan guna melindungi kedaulatan Indonesia.