Amerika Serikat – Ketegangan yang terus memuncak antara Israel dengan milisi Hizbullah membuat banyak pihak khawatir. Amerika Serikat, Eropa, dan negara-negara Arab meminta Hizbullah menghentikan serangan ke wilayah Israel. Namun nampaknya Hizbullah tidak mempedulikan permintaan itu. Alhasil, pihak Amerika Serikat pun memperingatkan bakal berada di belakang Israel bila ketegangan menjadi eskalasi terbuka.
“Kami akan terus membantu Israel mempertahankan diri. Itu tidak akan berubah,” kata John Kirby, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih.
Kirby mengungkapkan eskalasi terbuka tidak menjadi keinginan pihak manapun. Maka Amerika Serikat beserta negara-negara lain terus berupaya memaksimalkan penyelesaian lewat jalur diplomatik.
“Sekali lagi, kami ingin tidak ada front kedua. Dan kami ingin melihat apakah kami tidak dapat menyelesaikan ketegangan melalui proses diplomatik,” tambahnya.
Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin, mengungkapkan perang ini dapat menjadi bencana besar bagi Lebanon. Dalam pertemuannya dengan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, baru-baru ini di Pentagon, ia menyatakan potensi meluasnya perang karena kemungkinan adanya Iran di belakang Hizbullah.
“Perang lain antara Israel dan Hizbullah dapat dengan mudah menjadi perang regional, yang mempunyai konsekuensi buruk bagi Timur Tengah,” ujarnya.
Upaya berbagai pihak menekan Hizbullah kini berpacu dengan waktu. Hizbullah terus melancarkan serangan ke wilayah Israel. Sementara itu, militer Israel terus mematangkan rencana menghadapi Hizbullah secara terbuka. Bahkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah menginformasikan adanya pemindahan lebih banyak pasukan di sepanjang perbatasan dengan Lebanon.