Jerman – Perusahaan-perusahaan Jerman yang ada di China mengalami krisis akibat penurunan harga dan permintaan. Menurut survei yang Kamar Dagang Jerman, sekitar 61 persen perusahaan Jerman mengeluhkan hal itu. Persoalannya makin rumit, karena sebagian besar nilai ekspor Jerman berasal dari China.
Sebenarnya ada banyak faktor yang mempengaruhi menurunnya daya beli masyarakat China. Selain laju pertumbuhan ekonomi nasional yang tengah melambat, ketegangan geopolitik juga turut berperan. Salah satu industri yang terdampak adalah kendaraan listrik. Dalam beberapa tahun terakhir banyak pabrik kendaraan listrik bermunculan. Dukungan pemerintah melalui pemberian subsidi negara membuat jumlah pabrik baru terus bertambah.
Banyaknya produksi di tengah penurunan daya beli masyarakat membuat produsen terpaksa menurunkan harga demi menjual produknya. Saat banyak produsen banyak mengambil keputusan yang sama, perang harga antar produsen kendaraan listrik pun tidak terhindarkan. Perang harga ini kemudian melebar hingga ke negara-negara lain yang menjadi tujuan ekspor kendaraan listrik asal China. Harga yang ditawarkan ke konsumen jadi lebih rendah. Produsen kendaraan asal Eropa, misalnya, pun kini kelabakan karena pasarnya jadi “terganggu”.
“Tekanan harga merupakan akibat dari kelebihan kapasitas. Namun perusahaan-perusahaan kami sejalan dengan hal tersebut, bahwa mereka hanya dapat bertahan pada masa-masa tersebut jika menjadi lebih kompetitif,” kata Maximilian Butek, Ketua Kamar Dagang Jerman.
Komisi Eropa menyebut pemberian subsidi pemerintah China terhadap perusahaan produsen mobil listrik merupakan bentuk ketidakadilan. Guna melindungi industri dalam negerinya, beberapa negara Eropa menetapkan tarif impor yang tinggi terhadap kendaraan listrik asal China.