Korea Selatan – Rendahnya angka kelahiran merupakan salah satu isu darurat nasional di Korea Selatan. Guna mengatasinya, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol akan bekerjasama dengan parlemen untuk membentuk kementerian baru yang secara spesifik menangani permasalahan angka kelahiran.
“Kami akan mengerahkan seluruh kemampuan bangsa untuk mengatasi rendahnya angka kelahiran yang dianggap sebagai darurat nasional,” ujarnya.
Dalam pidatonya, Yoon mengaku pemerintahannya telah gagal dalam meningkatkan kehidupan masyarakat. Namun ia berjanji akan menggunakan sisa masa jabatannya selama tiga tahun ke depan untuk meningkatkan perekonomian serta mengatasi krisis angka kelahiran.
Saat ini Korea Selatan termasuk salah satu negara dengan tingkat kesuburan terendah di dunia. Pada 2023, angka kesuburan di Korea Selatan hanya sebesar 0,72. Padahal, sebuah negara membutuhkan tingkat kesuburan sebesar 2,1 untuk bisa mempertahankan populasi yang stabil.
Persoalan yang sama juga melanda negara-negara lain di Asia Timur, seperti Jepang dan China. Para ahli berpendapat bahwa alasan terjadinya pergeseran demografi adalah tuntutan budaya kerja, stagnasi upah, kenaikan biaya hidup, perubahan sikap terhadap budaya kerja dan kesetaraan gender, serta meningkatnya kekecewaan di kalangan generasi muda.
Pemerintah semula menganggap kondisi ini akibat masalah ekonomi. Bahkan pemerintah Korea Selatan telah menghabiskan lebih dari US$200 miliar hanya untuk meningkatkan populasi selama 16 tahun terakhir. Namun hal itu sama sekali tidak menyelesaikan masalah.
Sejumlah kebijakan pun diambil pemerintah. Semisal memperpanjang cuti ayah, kampanye sosial untuk mendorong keterlibatan pria dalam mengasuh anak dan mengurus pekerjaan rumah tangga, hingga pemberian voucher berupa uang untuk orangtua baru. Sayangnya semua tidak mengubah keadaan jadi lebih baik.