Jakarta – Head of Learning Labs Edtech Cakap Yoshua Yanottama menyatakan gen Z merupakan generasi yang paling masif terlibat pertukaran budaya secara internasional termasuk dalam mengadopsi berbagai istilah slang berbahasa Inggris.
“Secara frekuensi Gen Z tampaknya lebih sering menggunakan Bahasa Inggris (formal maupun informal) dalam percakapan sehari-hari baik lisan maupun tulisan,” katanya dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Selama ini publik sudah familiar dengan Bahasa Inggris slang seperti FYI (for your info), ASAP (as soon as possible), dan TGIF (thank God its Friday) yang biasa diucapkan oleh generasi muda.
Istilah tersebut semakin berkembang seperti OML(on my life), IYKYK (if you know, you know), FR (for real?), GYAT (what! atau wow!-serapan dari ekspresi), no cap (berkata sebenarnya/jujur).
Yoshua menuturkan perkembangan slang ini dipengaruhi beragam macam sarana mulai dari media sosial, gim, forum, dan aktivitas daring lainnya dengan lebih dari 50 persen konten di internet dan jejaring sosial menggunakan Bahasa Inggris.
“Bahasa Inggris adalah lingua franca di internet. Saya menilai bahwa ini adalah tren yang positif bagi Gen Z,” ujar Yoshua.
Fenomena keminggris atau keinggris-inggrisan yang lebih marak di kalangan Gen Z in dipicu karena generasi tersebut tumbuh seiring dengan perkembangan teknologi.
Sejak kecil, mereka sudah terpapar oleh bahasa asing melalui gawai serta eksposur media sosial.
Di sisi lain, Laporan Education First Proficiency Index 2023 menemukan tren penguasaan bahasa atau yang benar-benar belajar bahasa Inggris secara baik dan benar untuk jenjang usia 18-20 tahun kelahiran 2003-2005 menurun.
Berdasarkan kelompok usia, tingkat kunjungan ke situs maupun aplikasi Cakap dari Gen Z cukup tinggi namun di saat bersamaan yang mendominasi untuk akhirnya benar-benar belajar bahasa adalah generasi milenial.
“Mungkin kebutuhannya berbeda, generasi milenial sudah bekerja dan membutuhkan bahasa untuk menunjang fungsi pekerjaannya sehingga ada urgensi yang lebih tinggi untuk bahasa yang bersifat formal,” kata Yoshua.
Sementara terhadap maraknya penggunaan bahasa slang, Yoshua mengatakan hal tersebut merupakan bentuk pembebasan dari kekangan konsep pembelajaran bahasa yang konvensional.
Mereka yang menggunakan slang secara aktif mau menunjukkan bahwa elemen yang penting adalah penyampaian makna dan niat bukan lagi aturan gramatikal yang rumit dan menjemukan.
Terlebih, tingkat eksploratif setiap orang berbeda-beda sehingga media pembelajaran yang memberikan rasa nyaman penting untuk mendukung pengembangan setiap individu dalam proses pembelajaran.