Seoul – Gelombang penolakan terhadap kebijakan pemerintah Korea Selatan yang menambah kuota mahasiswa Fakultas Kedokteran terus berlanjut. Beberapa hari lalu, para profesor kedokteran dari 20 universitas telah melakukan pertemuan untuk mendukung aksi penolakan yang dilakukan para dokter muda. Hasilnya, profesor dari 16 universitas memastikan akan mengundurkan diri sebagai bentuk dukungan, sementara 4 lainnya belum bisa menentukan sikap. Meski demikian, mereka memastikan akan tetap merawat pasien di rumah sakit.
“Keputusan ini tidak berarti kami mengabaikan pasien. Namun jika situasi saat ini terus berlanjut, baka;l ada kerusakan permanen pada layanan kesehatan masyarakat,” kata Bang Jae-seung, Ketua Komite Darurat Profesor Sekolah Kedokteran dalam konferensi pers.
Para profesor berharap, keputusan mereka akan memberi tekanan pada pemerintah untuk merevisi kebijakannya. Mereka akan kembali mengadakan pertemuan pada hari Jumat (22/3) mendatang untuk mengevaluasi situasi.
Seperti diketahui, penolakan muncul setelah pemerintah berencana menambah kuota mahasiswa Fakultas Kedokteran sebanyak 2.000 kursi mulai tahun depan. Pemerintah menganggap langkah ini dapat mengatasi kekurangan dokter yang kronis di daerah pedesaan dan bidang medis lainnya.
Sebaliknya, para dokter memandang hal tersebut akan menurunkan kualitas pendidikan kedokteran dan layanan lain yang dapat menyebabkan biaya medis tinggi bagi pasien. Mereka mendorong pemerintah agar terlebih dahulu menangani rendahnya upah para spesialis. Para dokter juga meminta peningkatan perlindungan hukum terhadap tuntutan hukum malpraktek medis yang berlebihan.