Jakarta – Dokter dari Rumah Sakit Mata Cicendo Dr. dr. Elsa Gustianty mengatakan bahwa terdapat sejumlah faktor risiko yang dapat memperparah kondisi glaukoma pada seseorang seperti faktor usia dan penyakit vaskuler.
“Glukoma itu adalah suatu penyakit yang sifatnya kronis, tapi progresif, merupakan bagian dari penyakit degeneratif pada syaraf mata. Salah satu cirinya nanti di akhir penglihatannya adalah terjadi penurunan lapang pandang hingga bisa berakhir dengan kebutaan,” ujar dr Elsa dalam “Cegah Kebutaan Akibat Glaukoma” yang disiarkan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Jumat.
Dia menuturkan, glaukoma dapat menyerang siapa saja, namun tidak dapat diobati, karena kondisi tersebut adalah efek dari proses degeneratif, layaknya rambut yang memutih. Dia menjelaskan bahwa seiring bertambahnya usia, maka akan ada syaraf-syaraf yang mati.
“Tapi kan matinya sedikit-sedikit, sehingga mungkin nanti orang itu kalau berusia 200 tahun, 150 tahun, orang tuh buta juga karena syarafnya berdegenerasi,” ujarnya.
Dia menjelaskan, satu dari 200 orang berusia 40 tahun mengalami glaukoma, dan peluang terkena glaukoma semakin meningkat ketika bertambah tua, yaitu satu dari delapan ketika berusia 80 tahun. Selain itu, katanya, apabila ada anggota keluarga yang punya glaukoma, maka risikonya mengidap penyakit itu menjadi 10 kali lipat.
Dia menyebut bahwa penyakit vaskuler juga dapat meningkatkan risiko terkena glaukoma. Adapun penyakit vaskuler, ujarnya, adalah diabetes, hipertensi, migrain yang sering, vaskuler oklusif, serta penyakit-penyakit imun, karena penyakit-penyakit tersebut mengganggu pembuluh darah yang ada hubungannya dengan syaraf optik.
“Kemudian mereka yang berkacamata tebal. Baik itu plus maupun minus. Itu sama-sama berisiko,” ujarnya.
Dia mengatakan, orang-orang yang menggunakan terapi steroid, misalnya orang-orang yang punya kondisi autoimun, artritis, rematik, juga punya risiko glaukoma.
Elsa menyebut bahwa secara gaya hidup, ada juga yang dapat menyebabkan penyakit mata itu, misalnya memakai kerudung atau dasi terlalu ketat, karena hal itu dapat meningkatkan tekanan pada bola mata.
“Atau kita olahraga yoga yang kepalanya di bawah, itu meningkatkan tekanan bola mata. Olahraga jenis angkat beban, apa semua yang bikin kita mengedan, itu tekanan bola matanya akan meningkat,” katanya.
Benturan atau trauma pada mata akibat benda tumpul atau tajam, serta pernah menjalani operasi mata, juga berisiko glaukoma.
Menurutnya, pemeriksaan dini penting dilakukan agar dapat menangani kondisi itu, supaya progres penyakitnya bisa diperlambat sebaik mungkin.