Jakarta – Dalam hari-hari terakhir masa kampanye menjelang pemungutan suara tiga hari ke depan, ada tiga fenomena yang secara khusus mendapat apresiasi Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo – Mahfud MD. Tiga fenomena itu yakni gerakan guru besar dan kampus yang semakin besar mencapai lebih dari 300 perguruan tinggi, gerakan para ahli hukum tata negara, serta masifnya gerakan perlawanan rakyat tanpa bayaran dan mobilisasi dalam puncak gelaran kampanye akbar baru-baru ini.
Pernyataan itu disampaikan Sekretaris Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo – Mahfud MD Hasto-Kristiyanto dalam konferensi pers di Media Center TPN di Cemara, Jakarta, 11 Februari 2024. Dipandu juru bicara TPN Aris Setiawan Yodi, Hasto hadir bersama Deputi Hukum TPN Todung Mulya Lubis.
“Gerakan kampus menyuarakan bahwa demokrasi kita yang tengah berada dalam ancaman sangat serius harus diselamatkan. Demokrasi kita tengah terjebak pada populisme dan demokrasi prosedural, sementara di depan mata begitu banyak praktik penyalahgunaan kekuasaan, mulai rekayasa hukum di MK, sampai adanya intimidasi pada para kepala daerah, kepala desa, kepala dinas, dan penjabat pemerintahan untuk memberikan dukungan pada paslon 02,” urai Hasto.
Hasto menekankan, momentum yang terjadi saat ini merupakan gerakan prodemokrasi paling massif dalam sejarah Indonesia pascareformasi. “Selain itu, gerakan para ahli hukum tata negara dan kelompok anti KKN bersatu terjadi karena melihat ketidakadilan logistik dalam pemilu. Ada yang jor-joran melakukan pengerahan massa, money politics yang dilegalkan, serta penggunaan bantuan sosial secara massif, baik dari anggaran negara maupun dari para pengusaha pendukung paslon 02 yang disebut menguasai sepertiga ekonomi Indonesia,” jelasnya.
Dalam situasi tekanan seperti ini, Hasto mengungkapkan, muncul keberanian gerakan rakyat, seperti yang terjadi pada kader-kader PDI Perjuangan di tingkat bawah. “Perlawanan ini menimbulkan optimisme, bahwa rakyat tidak bisa dibungkam dan pemilu tak bisa direkayasa di zaman modern, meskipun lembaga survei coba membangun persepsi kemenangan paslon 02,” paparnya.
Dari kampanye akbar yang menunjukkan rakyat berbondong-bondong untuk datang ke kampanye tiga paslon capres-cawapres, bisa dilihat mana yang memang rakyat datang secara tanpa bayaran, dan mana yang dimobilisasi.
Hasto yang juga Sekjen PDI Perjuangan membeberkan, pada hari tenang ini, TPN Ganjar-Mahfud terus melakukan konsolidasi saksi dengan membentuk kamar hitung di berbagai kabupaten dan kota yang akan disentralkan rekapitulasinya di Jl. Diponegoro 58, Jakarta.
“Selain bergabungnya relawan mahasiswa dalam menjaga pemilu benar-benar demokratis, kami semakin optimistis dengan hadirnya kekuatan prodemokrasi yang membentuk aplikasi seperti ‘Kawal Pemilu, ‘Jaga Pemilu’. ‘Warga Jaga Suara’ dan lain-lain,” tandas Hasto.
Pada kesempatan ini, Hasto terus mengimbau seluruh aparatur negara, termasuk TNI/Polri juga untuk menjaga netralitasnya. TPN menyerukan agar Pemilu ini benar-benar menjadi pesta rakyat yang tidak memanipulasi dan menjadi cermin kebebasan suara rakyat tanpa paksaan.
Hasto mengingatkan, sejarah mengajarkan, bahwa pemilihan umum yang dimanipulasi seperti pada Pemilu 1997 tidak akan menghasilkan demokrasi yang baik. Saat itu, Orde Baru dengan kekuasaan sangat otoriter beroleh suara kemenangan di atas 78 persen tapi kemudian pada akhirnya tumbang dijatuhkan kekuatan rakyat, terutama atas dorongan para aktivis mahasiswa.
“Saat ini perguruan tinggi sudah bergerak menyuarakan hal yang sama, kami berharap dapat didengar sebagai suara rakyat suara kebenaran, sehingga dalam tiga hari ke depan, Indonesia dapat menampilkan gambaran demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat,” pungkasnya.