Tokyo – Tokyo Electric Power (TEPCO) mengumumkan bahwa sekitar 5.500 liter air radioaktif bocor dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima di Jepang. Namun sejauh ini tidak ada tanda-tanda kontaminasi yang keluar dari PLTN tersebut. Menurut Juru Bicara TEPCO, kebocoran terdeteksi di bagian PLTN yang memproses air terkontaminasi sebelum mayoritas unsur radioaktifnya disaring di fasilitas lain yang dikenal sebagai ALPS (Advance Liquid Processing System).
“Kami memperkirakan sekitar 5,5 ton (5.500 liter) air bocor pada Rabu (7/2) pagi, tetapi tidak ada perubahan signifikan (di pos-pos pemantauan radioaktivitas di sekitar pembangkit listrik),” katanya pada hari Kamis (8/2).
Sekalipun tidak ada kontaminasi, TPCO tetap akan menyingkirkan tanah di sekitar area terdampak. Informasi awal menyatakan kebocoran dari ventilasi diketahui oleh pekerja yang sedang membersihkan ventilasi itu sebelum mengoperasikannya.
“Ventilasi seharusnya ditutup selama pembersihan, tapi kali ini terbuka,” jelasnya.
PLTN Fukushima sempat rusak akibat gempa besar dan tsunami pada 2011 yang menewaskan 18.000 orang. Insiden ini adalah salah satu bencana nuklir terburuk dalam sejarah. Operasi pembersihan diperkirakan butuh waktu puluhan tahun, dan bagian paling berbahaya yaitu memindahkan bahan bakar radioaktif dan puing-puing dari tiga reaktor yang rusak belum dimulai.
Pada Agustus 2023, Jepang secara bertahap mulai melepaskan 1,34 juta ton air limbah olahan yang dikumpulkan sejak gempa 2011 ke Samudera Pasifik. Jepang mengklaim, air tersebut tidak berbahaya dan bisa larut dengan air laut. Walau klaim tersebut didukung badan pengawas nuklir PBB yaitu IAEA, tetapi China dan Rusia menentang kebijakan tersebut. Penentangan kemudian diikuti pencekalan impor makanan laut dari Jepang.