Hanoi – “Come-come here, this the menu, come, good food, seafood, beer, come,” itulah percakapan yang sering dilontarkan penjual makanan di daerah Old Quarter, Hanoi. Dengan bahasa Inggris yang pas-pasan, tak henti mereka menawarkan restorannya agar dikunjungi turis.
Vietnam memiliki daya tarik kuliner yang tinggi, apalagi kuliner pho. Makanan berkuah kaldu yang dilengkapi dengan mie lembut dan irisan sapi atau ayam, sangat cocok untuk disantap kala cuaca dingin. Vietnam memiliki udara yang jauh lebih dingin daripada Indonesia. Di pusat kota seperti Hanoi atau Ho Chi Minh suhu rata-ratanya 23 derajat celcius di siang hari dan bisa mencapai 15 derajat di malam hari dan pagi hari. Apalagi di Kota Sa Pa, kota bagian utara Vietnam yang berbatasan langsung dengan China, bisa mencapai suhu 2 derajat di puncak Fansipan.
Sangat mudah untuk menemukan restoran yang menjual pho di Vietnam. Dalam jarak satu kilometer setidaknya pasti ada yang berjualan pho. Jika diperhatikan nama restoran pho yang tersebar mengambil nomor toko sebagai nama restorannya. Seperti Pho 8, Pho 37, Pho 89, yang paling terkenal di Hanoi adalah Pho 10, yang selalu ramai dan mengantri mengular.
Beberapa kali mencoba pho di Indonesia dan ternyata rasanya jauh lebih lezat disantap di negara asalnya. Kuah pho disertai wangi-wangi herbal dari daun ketumbar, toge, dan jeruk lemon memberikan sensasi segar yang sangat berbeda jika dibandingkan buatan Indonesia. Irisan daging sapi atau ayamnya juga sangat lembut, sangat cocok dimakan dengan kuah dan mie. Rasa di setiap toko yang menjual pho juga cenderung sama, saya makan di 4 tempat berbeda, rasanya mirip-mirip tidak ada pembeda yang sangat terasa. Satu mangkuk pho dihargai sekitar 40.000 – 60.000 Vietnam Dong, atau sekitar 35 – 50 ribu Rupiah.
Tak hanya pho, satu makanan lagi yang populer dan banyak dijual adalah Banh Mi, semacam roti sandwich yang diisi sayuran dan daging. Mirip dengan restoran Subway yang sudah memiliki banyak cabang di dunia. Satu hal yang membedakan adalah sayurannya yang memiliki rasa yang sama dengan sayuran di pho. Pilihan dagingnya mulai dari sapi, ayam hingga babi. Untuk masalah ke-halal-an makanan memang harus menjadi perhatian yang luar biasa bagi teman-teman muslim yang ingin berkunjung ke Vietnam. Harus teliti, sabar, dan jangan terkecoh, karena sulit untuk membedakan ditambah penjualnya yang kesusahan berbahasa Inggris.
Sulit Mencari Nasi
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, nasi adalah sahabat. Rasanya belum makan apabila belum menyentuh nasi. Sayangnya, makanan di Vietnam sedikit yang menggunakan nasi, kalaupun ada biasanya nasi goreng yang rasanya cukup unik. Nasi gorengnya berbeda dengan di Indonesia, ada rasa rempah-rempah herbal dan ‘kriuk’ dari sayuran. Kurang cocok dengan lidah orang Indonesia asli. Nasi hanya dijual di restoran chinese food, dan itupun nasi kuning, sulit sekali menemukan nasi putih.
Mie dalam pho menjadi pengganti nasi mereka, sehingga hanya sedikit yang menjual nasi karena memang tidak cocok untuk dimakan dengan pho. Jika menemukan restoran yang menjual nasi putih di Vietnam harus disyukuri, karena itu bagaikan menemukan jarum dalam tumpukan jerami.
Kopi Jadi Andalan
Tentu sering melihat di beberapa cafe yang menjual Kopi Vietnam, biasanya dalam bentuk kopi tetes yang dipadukan dengan susu kental manis. Kopi dicampur susu kental manis memang menjadi andalannya, di banyak cafe menu inilah yang menjadi andalan. Rasa kopi Vietnam memang berbeda dengan kopi Indonesia, disini rasanya cenderung dominan asam dan ada semerbak bau vanilla.
Selain toko yang menjual pho di pinggir jalan, penjual kopi dalam bentuk biji dan bubuk juga lumayan banyak. Uniknya mereka justru merekomendasikan kopi luwak, “kopi luwak is the famous one, it’s from animals poo,” ujar salah satu penjual kopi yang kebetulan bisa berbahasa Inggris. Hal ini cukup lucu dan membanggakan, karena memang kopi luwak sebenarnya dari Indonesia.
Keunikan lainnya datang dari kopi juga, kali ini kopinya disajikan berbeda karena diatas kopinya menggunakan telur. “Egg Coffee” menjadi salah satu kuliner yang diincar para turis. Terbayang betapa anehnya perpaduan kopi pahit dengan telur mentah yang di mixer lama sehingga muncul buih. Jika dibayangkan memang cukup aneh dan ‘nyeleneh’ namun ternyata rasanya cukup enak. Tidak ada rasa amis atau rasa yang aneh, masih bisa dinikmati walau memang lebih nikmat kopi hitam biasa. Namun ini bisa menjadi salah satu pengalaman yang tak terlupakan. Cafe Dinh dan Cafe Giang adalah dua cafe yang cukup populer dalam menyajikan menu kopi telur ini. Jika anda pecinta kuliner, Vietnam bisa menjadi jawaban yang pas.