Sa Pa – Tak disangka kini Vietnam menjadi negara favorit turis Indonesia, rasanya dahulu enggan untuk berkunjung ke Vietnam karena masih banyak negara di kawasan Asia Tenggara yang lebih menarik untuk dikunjungi. Namun kini Vietnam perlahan menonjolkan keindahan alam dan kemajuannya dalam hal pariwisata. Hal ini terbukti dalam lima bulan pertama di tahun 2023 silam, banyaknya pengunjung asing yang datang hampir 4,6 juta. Angka ini meningkat 12,6 kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan wisatanya di tahun 2023 bahkan melampaui pertumbuhan wisata negeri Gajah Putih, Thailand.
Tak dapat dipungkiri bahwa keindahan alam di Vietnam menjadi nilai jual pariwisata yang sangat laku. Banyak tempat menarik yang dikenal karena keindahan pantainya, Ha Long Bay dengan keindahan pantainya, SaPa dengan lanskap pegunungan yang tinggi dan dingin, Ba Na Hills di Da Nang yang serupa dengan Sa Pa, dan pilihan wisata berbasis alam lainnya. Kali ini secara khusus akan membahas perjalanan menuju Sa Pa dari Hanoi.
Vietnam sudah memiliki jalur darat yang cukup baik sehingga konektivitas antar daerah bisa dijangkau menggunakan jalur darat. Salah satu transportasi yang paling laris ialah sleeper bus, atau bus yang memang di-setting untuk tidur. Dalam satu bus terdiri dari 12-16 bilik untuk penumpang naik dan beristirahat. Bus bukan dalam bentuk kursi tegak seperti bus pariwisata namun dibentuk seperti sofa dalam sebuah bilik atau kotak. Layaknya first class di pesawat, penumpang bisa tiduran tanpa merasakan pegal karena harus duduk lama. Terdapat toilet pula di dalam bus, sehingga tak perlu khawatir jika harus menahan buang air. Disediakan pula selimut dan satu air mineral untuk menemani perjalanan.
Sleeper bus menjadi andalan wisatawan dan warga lokal untuk bermobilisasi. Banyak pilihan perusahaan bus yang bisa dipilih, salah satunya SaoViet yang cukup mendominasi di Vietnam. Dengan harga sekitar Rp 500.000 – Rp 700.000 bisa menghantarkan wisatawan ke daerah utara Vietnam, Sa Pa yang dikenal dengan keindahan alam pegunungannya. Salah satu wisata terkenal di Sa Pa adalah pegunungan Fansipan, titik tertinggi pegunungan Indochina. Untuk menuju kesana perlu menaiki kereta gantung, dan kereta gantung tersebut menjadi salah satu kereta gantung dengan jarak terpanjang. Jika beruntung di bulan Desember – Januari bisa turun salju di atas gunung sana. Itulah yang membuat daya tarik Sa Pa semakin menjamur akhir-akhir ini.
Perjalanan ditempuh selama kurang lebih enam jam, terdapat beragam pilihan waktu yang bisa dipilih menyesuaikan kepentingan. Dalam kesempatan ini saya mengambil waktu malam hari pukul 10 malam dan sampai di Sa Pa sekitar pukul 4 pagi. Alasannya tentu karena hemat waktu, perjalanan di malam hari tidak memakan banyak waktu terbuang, karena bisa dimanfaatkan untuk tidur.
Pemesanan bisa dilakukan secara online maupun offline, jika membeli online akan mendapat kode booking dan akan ditukarkan menjadi tiket di counter yang sekaligus menjadi titik berangkat bus. Di tengah kota Hanoi, bus berangkat sedikit telat karena memang kondisi jalanan yang macet. Ketika masuk satu hal yang unik, semua penumpang harus melepaskan sepatunya dan supir akan memberi plastik untuk meletakan sepatu. Ketika harus turun di rest area akan disediakan sandal karet yang cukup banyak untuk dipakai penumpang. Setelah masuk penumpang langsung mencari cabin yang sesuai dengan tiket. Dalam satu kabin terdapat dua tingkat, ada yang bawah dan atas, tidak bisa memilih karena sudah mengikuti tiket. Ketika berjalan suasana dalam bus sangat mendukung untuk beristirahat, tidak ada lagu-lagu atau lampu-lampu terang yang membuat susah tidur.
Melewati pusat kota dan lanjut memasuki jalan tol yang gerbangnya sudah otomatis tanpa harus berhenti. Setengah perjalanan berlalu berhentilah di rest area, karena tiba dini hari tak ada satupun tenant yang buka, hanya toilet yang mengharuskan kita membayar 3.000 Vietnam Dong. Selama 20 menit bus akan berhenti dan melanjutkan perjalanan, karena malam hari pemandangan di luar tidak jelas. Sembari tidur perjalanan terasa berkelok-kelok, karena memang posisi Sa Pa yang berada di atas bukit. Ibaratnya setipe dengan jalan menuju Puncak Pass, Bogor.
Tak terasa perjalanan sudah selesai karena bus sudah sampai Sa Pa, tentu tidak terasa karena sepanjang waktu dihabiskan untuk tidur. Sesampainya di Sa Pa pukul 4 pagi langsung disambut dengan udara dingin yang menusuk tulang, 8 derajat celcius pagi itu. Suasana masih gelap, belum ada kehidupan pukul 4 pagi, namun harus segera bergegas untuk pindah menggunakan shuttle menuju hotel.
Pengalaman menggunakan sleeper bus merupakan pengalaman unik yang menyenangkan. Walau sulit untuk berkomunikasi dengan petugas counter maupun supirnya, kita justru lebih tenang untuk menikmati perjalanan.
* Penulis: Maria Fiorenza Ardhani, pencinta travelling