Jakarta – Persoalan Laut China Selatan terus menghantui banyak negara ASEAN. Bahkan menjadi arena persaingan hegemoni Amerika Serikat dan Tiongkok. Saat debat ketiga, panelis menanyakan kebijakan apa yang akan diambil oleh ketiga paslon untuk menyelesaikan masalah ini.
Dalam paparannya, Ganjar menjelaskan bahwa modernisasi peralatan militer Tiongkok akan selesai pada tahun 2027. Setelah itu, potensi konflik terbuka dengan negara manapun sangat mungkin terjadi. Mungkin konfliknya tidak akan sampai ke Indonesia, tetapi dampaknya tetap harus dimitigasi. Salah satunya caranya dengan mengintensifkan patrol perairan di Laut China Selatan.
Anies Baswedan kemudian bertanya, mengapa Ganjar sama sekali tidak melibatkan ASEAN dalam penyelesaian konflik. Padahal Indonesia adalah negara terbesar di ASEAN.
Ganjar menjawab bahwa tidak melibatkan ASEAN karena mekanisme pengambilan keputusan di ASEAN yang begitu rumit. Itulah sebabnya upaya penyelesaian konflik di Laut China Selatan tidak kunjung selesai.
“Saya tahu persis pengambilan keputusan di ASEAN itu rumitnya minta ampun karena harus dengan konsensus, maka kenapa banyak persoalan tidak selesai,” kata Ganjar.
Jadi jika mau melibatan ASEAN, hal yang akan dilakukan Ganjar adalah mendorong terjadinya revitalisasi ASEAN terlebih dahulu. Terutama proses pengambilan keputusan sehingga bisa lebih cepat.
Dalam konteks yang lebih luas, ia juga mengusulkan penggunaan kesepakatan sementara sebagai sarana meredam konflik di Laut China Selatan.
“Kesepakatan sementara ini mesti kita dorong dan kita inisiatif agar kita bisa mencegah sesuatu yang tidak kita inginkan,” pungkasnya.