Jakarta – Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menegaskan, bahwa Prabowo Subianto gagal meniru Presiden Jokowi saat debat perdana capres yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU), Selasa (12/12/2023).
“Pak Prabowo bukan Jokowi,” tegas Hasto, kepada wartawan.
Perbedaan antara Prabowo dan Jokowi saat debat, terlihat sangat jelas, dari sisi spiritnya, sisi kebijakannya itu berbeda. Prabowo tidak tegas terkait hal yang sangat fundamental, yaitu melindungi seluruh rakyat Indonesia agar tidak terjadi kekerasan, agar tidak terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
Untuk itu, kata Hasto, TPN optimis, terlebih pasangan Ganjar-Mahfud menampilkan jati diri yang genuine (asli). Untuk rakyat, berpengalaman, punya itikad baik dan menegakkan keadilan.
“Bukan keadilan dalam hukum semata, tetapi keadilan dalam ranah ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan lainnya. Oleh karena itu dalam rapat muncul optimisme yang sangat kuat untuk menang,” paparnya lagi.
Hasto menyampaikan, bahwa pada Pilpres 2014 lalu, Jokowi mampu mengalahkan Prabowo pada H-16. Maka dengan sisa waktu 60 hari ke depan, TPN akan bergerak, lewat darat, udara dan spiritualitas.
Prabowo dikesankan atau didesain ingin menampilkan Jokowi. Hanya dari cara bicaranya, karakternya dan program-programnya malah berbeda. Hasto mencontohkan, saat rakyat kesulitan menghadapi kenaikan harga bahan-bahan pokok. Kalau Jokowi solusinya langsung turun ke lapangan. Sedangkan Prabowo, malah memprioritaskan alutsista, utang luar negeri pembelian alutsista.
“Negara seperti mau perang, ini yang membedakan lagi. Niatnya meniru, hasilnya berbeda. Kayaknya Pak Ganjar yang seperti Pak Jokowi,” tegas Hasto.
Dalam kesempatan itu, Hasto mengatakan, usai debat perdana, TPN mendapat masukan dari mahasiswa. Debat perdana, masih seputar tanya jawab. Ke depan, TPN akan meminta debat yang original secara substansi, namun tetap berkultur Indonesia.
Artinya, lanjut dia, tidak boleh menyerang pribadi, tidak boleh menyerang terkait keluarga, itu harus dikedepankan. Debat harus menampilkan, menguji gagasan dari setiap pasangan calon. Sehingga semestinya harus ada sesi tersendiri, dimana KPU hanya memberikan waktu.
“Misalnya, penelis, juri, moderator memberikan waktu berdebat, temanya ini, kemudian saling menanggapi. Maka substansinya sangat baik,” paparnya seraya menambahkan, sesi debat antar pasangan capres-cawapres akan menarik jika dimulai pada sesi debat cawapres, 22 Desember mendatang.