Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan cara Indonesia menghadapai krisis keuangan saat pandemi Covid-19 melanda. Hal tersebut dilakukannya saat menghadiri seminar internasional Annual International Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED) ke-12 di Nusa Dua, Bali, pada 6-7 Desember 2023.
Dalam paparannya, ia menyebut penerapan kebijakan moneter dan fiskal yang baik menjadi kunci utamanya. Meski nampak sederhana, penerapannya di lapangan tidak semudah kelihatannya. Karena pada saat yang bersamaan, dunia sedang terfragmentasi sebagai imbas perang teknologi dan geopolitik. Peningkatan fragmentasi global menyebabkan menurunnya kepercayaan antar negara, terutama dalam hal menentukan prioritas kebijakan.
Dalam rangka menjaga stabilitas yang berkelanjutan serta pertumbuhan ekonomi nasional, Menteri Keuangan akan terus melakukan reformasi struktural. Diharapkan dengan demikian, terjadi peningkatan daya saing karena infrastruktur yang mendukung, peningkatan sumber daya manusia, serta penguatan institusi.
“Ini bukanlah perjalanan yang mulus dan mudah, karena tidak ada seorang pun yang menjanjikan bahwa menjadi negara berpenghasilan tinggi itu akan mudah. Namun ini adalah sesuatu yang harus terus kita dukung dengan kebijakan institusi yang baik,” ujar Sri Mulyani dalam keterangan tertulis, Jumat (8/12/2023).
Indonesia menggunakan kebijakan fiskal dengan bijaksana dan respons relatif fleksibel. Dengan demikian berhasil menstabilkan perekonomian, meski pada saat yang bersamaan juga harus menjaga kesinambungan fiskal. Sebagai hasilnya, perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang relatif stabil dan baik, sekalipun situasi global penuh gejolak akibat pandemi. Rasio utang terhadap PDB Indonesia pun relatif lebih rendah dibandingkan negara berkembang lain ataupun negara berpendapatan tinggi.