Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berupaya mendorong perusahaan peer-to-peer lending (P2P) atau pinjaman online (pinjol) untuk mencari pendanaan dari berbagai sumber, salah satunya melalui pasar modal dengan melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sebelumnya salah satu perusahaan pinjol yaitu PT Akselerasi Usaha Indonesia atau Akseleran sempat masuk ke dalam daftar tunggu atau pipeline IPO di BEI. Namun sayangnya Akseleran mengurungkan niat mereka melakukan IPO tersebut.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan OJK, Agusman menyebutkan bahwa hingga saat ini belum ada perusahaan pinjol lainnya yang menyampaikan pendaftaran IPO.
“Sampai dengan saat ini belum ada P2P Lending yang melakukan IPO melalui bursa efek,” kata Agusman dalam keterangannya, dikutip Senin (11/12).
Adapun mengenai kinerja, OJK mencatat outstanding pembiayaan peer-to-peer lending (P2P) atau pinjaman online di Indonesia mencapai Rp58,05 triliun per Oktober 2023. Angka ini tumbuh 17,66% secara tahunan.
Adapun, ia menambahkan bahwa tingkat risiko kredit macet secara agregat atau TWP90 dalam kondisi terjaga di posisi 2,89%
Sementara itu, pertumbuhan piutang pembiayaan masih di level yang cukup tinggi meskipun termoderasi menjadi sebesar 15,02% secara tahunan pada Oktober 2023 menjadi sebesar Rp463,12 triliun, didukung pembiayaan modal kerja dan investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 17,57% dan 13,96%.
Agusman lalu melanjutkan bahwa profil risiko perusahaan pembiayaan terjaga dengan rasio non performing financing (NPF) net tercatat sebesar 0,78% dan NPF gross sebesar 2,57%. Serta, gearing ratio perusahaan pembiayaan tercatat sebesar 2,25 kali, jauh di bawah batas maksimum 10 kali.
“Sedangkan pertumbuhan pembiayaan modal ventura di Oktober 2023 sebesar -2,95%, dengan nilai pembiayaan tercatat sebesar Rp17,28 triliun,” tutup Agusman.