Oleh: Dr. Harris Turino, ST., SH., MSi., MM – Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PDI Perjuangan
Pagi ini bandara Soeta ramai sekali, bahkan jalanan macet menuju ke Terminal 3. Antrian di check in counter dan security check juga panjang mengular. Pesawat Garuda Indonesia yang kami tumpangi menuju ke Palembang pun penuh, tidak ada satupun kursi tersisa, baik di kelas bisnis maupun ekonomi.
Jelas ini pertanda baik, bahwa ekonomi Indonesia mulai menggeliat kembali pasca dihajar pandemi covid 19. Neraca Perdagangan Barang pun mencatat surplus selama 28 bulan berturut-turut dan defisit pada Neraca Pembayaran berkurang drastis dari USD 7 milyard, menjadi hanya USD 1,5 milyard.
Inflasi, yang saat ini banyak menjadi momok dan monster menakutkan banyak negara maju di belahan Barat dunia, juga sangat terkendali di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan menjadi salah satu dari 5 negara dengan pertumbuhan ekonomi terbaik di dunia.
Mata uang rupiah juga kembali menguat di kisaran Rp. 15.400 – Rp. 15.500 per USD setelah sebelumnya hampir menyentuh angka psikologis di Rp. 16.000. Indeks harga saham sudah mulai merambat ke level 7.000, dan diperkirakan akan menembus level ini menjelang financial makeup di akhir tahun.
Indeks penegakan hukum di Indonesia juga sebenarnya sangat baik, sampai sebelum munculnya huru-hara di Mahkamah Konstitusi. Sungguh disayangkan bahwa Mahkamah penjaga konstitusi harus menabrak etika, sehingga semua prestasi istimewa Indonesia, sekarang menjadi bahan cemooh banyak pihak di dalam dan luar negeri.
Semua ini sebenarnya adalah fondasi yang kokoh untuk menyambut Indonesia Emas di 2045. Beberapa catatan memang masih harus diperbaiki, misalnya di bidang kedaulatan pangan, pemberantasan korupsi, kemandirian energi hijau, keberlanjutan hilirisasi, pembangunan manusia lewat pendidikan. Ini semua menjadi PR bagi pasangan Ganjar – Mahfud apabila terpilih menjadi Presiden – Wakil Presiden Indonesia tahun 2024.
Saya yakin pengalaman Ganjar memimpin Jawa Tengah selama 2 periode bisa menjadi bekal yang cukup untuk dikembangkan di skala nasional. Mahfud juga akan semakin bisa berkiprah di penegakan hukum dan pemberantasan korupsi pada posisinya sebagai Wapres, dibandingkan hanya fungsi koordinator saat ini sebagai Menko.
Melihat persaingan antar bangsa ke depan dan belajar dari banyak negara yang gagal keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah, rasanya Indonesia perlu pemimpin yang benar-benar mumpuni. Bukan hanya berwacana atau mengobral janji “akan” dan “akan”. Ini masalah nasib 280 juta penduduk Indonesia. Rekam jejak adalah alat ukur yang paling bijak, bukan soal gemoy, kucing dan boneka.
Mari kita memilih dengan nurani yang bersih. Demi Indonesia yang lebih hebat.