Jakarta – Tangis Goenawan Mohammad pecah ketika meluapkan rasa kecewanya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara talkshow Rosi di Kompas TV yang dipandu oleh Rosi Silalahi, Kamis (2/11).
Budayawan sekaligus pendiri Majalah Tempo tersebut mengaku, akibat putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengabulkan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka maju menjadi cawapresnya Prabowo Subianto, disanalah dia mengaku sedih dan kepercayaan terhadap Jokowi mulai pudar.
“Karena (Gibran) tidak dari bawah, kan bagusnya Jokowi (memimpin) dari bawah. Dilatih dulu di pengalaman yang luas. Seandainya Gibran mula-mula jadi gubernur, menteri atau yang lebih luas laul diuji dalam pertarungan konflik politik dan (hasilnya) lurus itu akan lebih bagus,” kata Goenawan.
Padahal, kata Goenawan, di Pilpres 2014 dan 2019, Goenawan secara terang-terangan mendukung Jokowi menjadi presiden. “Sekarang mungkin sisa 30 persen dukungannya,” ucapnya.
Goenawan yang sudah melintasi rezim dari Orde Lama, Orde Baru, Era Reformasi hingga Jokowi sudah merasa kalau saat ini kata-kata dari seorang pemimpin sudah tidak bisa dipercayai lagi. Padahal dulu ia mendukung Jokowi karena menaruh harapan agar Indonesia lebih baik.
“Saya mengharapkan Indonesia punya pemimpin yang bisa diandalkan kata-katanya. Saya mengalami pergantian politik di tahun 1965, itu sangat berdarah. Kemudian Soeharto, perlawanan kami terhadap Soeharto, (ada) penculikan, lalu gejolak-gejolak lain, kerusuhan rasial dan kekerasan terhadap minoritas, banyak sekali trauma, itu kan perlu suatu dasar kerpercayaan bersama,” tuturnya.
Goenawan tak kuasa menahan emosi. Perasaannya meledak, dia menangis. Pria berusia 82 tahun yang dikenal tegas, kini tenggelam dalam kesedihan karena tak puas melihat rezim yang didukungnya kini berubah.
Masih dengan suara berat, Goenawan bercerita kejadian yang membuat dia sedih dan menangis ketika Erry Riyana Hardjapamekas, mantan pimpinan KPK dipanggil oleh Jokowi. Pertemuan tersebut digelar sebelum Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan putusan soal batas usia capres-cawapres.
Melihat dinamika politik, Jokowi, kata Goenawan, bertanya pada Erry, “Saya harus kerjakan apa?,” cerita Erry pada Goenawan.
Erry pun memberi masukan kepada Jokowi agar ketika MK memberikan putusan yang mengizinkan Gibran bisa maju untuk ditolak dan fokus kembali menjadi wali kota Solo dan tetap menjadi kader PDIP.
Dalam diskusi tersebut, sambung Goenawan, Jokowi pun setuju dan meminta Mensesneg Pratikno untuk mencatat obrolan dengan Erry. “Catat Pak Pratik,” perintah Jokowi.
Namun pada kenyataannya, hari ini Jokowi tidak sama sekali mendengarkan masukan dari Erry soal Gibran menjadi cawapres. Saat itu lah Goenawan mengaku kecewa dan tidak lagi percaya kepada Jokowi.
“Semua hanya dusta, lalu siapa lagi yang bisa kita percaya? Ketika Jokowi tak bisa dipegang, bagaimana dengan yang lain? Sampai sekarang saya belum lihat. Saya sedih, saya dari kecil disuruh… (kemudian terbata-bata menangis), disuruh berharap, tanah air itu kan nasib, tapi juga kan amanah, kita ga bisa milih, begitu ada di tengah kita, kita harus…(menangis lagi),” ungkapnya.