Jakarta – Bakal calon presiden (Bacapres) dan bakal calon wakil presiden (bacawapres) Ganjar Pranowo-Mahfud MD disebut sebagai pasangan yang saling menyempurnakan ketimbang kandidat yang lainnya.
Hal tersebut disampaikan pengamat politik Bona usai pasangan Ganjar-Mahfud MD dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang telah resmi mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai capres-cawapres pada Kamis (19/10).
“Ganjar-Mahfud tampaknya jauh lebih solid. Yang satu mewakili kelompok nasionalis dan wakilnya dari kelompok Islam. Dua kelompok ini memang pilar utama Republik ini yang tidak boleh pecah. Ibarat keluarga ini adalah pasangan yang sangat serasi dan romantis,” kata Bona, Jumat (20/10).
Sementara itu Bona menilai, pasangan Anies-Cak Imin terbilang unik mengingat ada dua kultur basis pemilih yang berbeda dipaksakan untuk bersatu.
“Karena sulit dipahami bagaimana akar rumput partai PKS yang harus mencoblos Cawapres dari NU dan sebaliknya bagaimana orang NU bisa mendukung Capres pilihan PKS,” ucapnya.
“Ibarat sebuah rumah tangga, perkawinan paksa ini terjadi akibat putus cinta yang menemukan pasangan barunya,” imbuhnya.
Disisi lain, ada juga nama Prabowo Subianto yang hingga kini masih “jomblo” karena belum juga menentukan siapa pendampingnya di Pilpres 2024 ini. Padahal, KPU secara resmi telah membuka pendaftaran capres-cawapres.
“Lucunya adalah bacapres ketiga Prabowo, atau bahkan keempat, yang sampai saat ini koalisinya masih tarik otot leher mempertahankan siapa yang layak dijadikan cawapres nya. Semakin gemuk koalisi, apalagi yang hanya didasarkan pada kepentingan transaksional belaka, memang semakin susah untuk disatukan,” ungkapnya.
Bona menjelaskan, partai koalisi pendukung Prabowo dinilai tidak kompak dan sulit diatur alias punya ego sentris masing-masing. Padahal sejumlah nama potensial kandidat cawapres pendamping Prabowo sudah dikantongi seperti Menteri BUMN Erick Thohir, eks Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indarparawangsa hinga Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.
“Yang satu ngotot mendukung ET, sementara yang satunya mati-matian menolak ET. Kandidat calon asal Jawa Barat Ridwan Kamil dan Jawa Timur Khofidah yang sebenarnya punya elektabilitas bagus, kini semakin tidak dilirik karena dianggap kurang bisa mewakili kepentingan koalisi,” tuturnya.
“Yang paling kasihan adalah AHY, yang sebenarnya juga amat sangat berambisi menjadi Cawapres. Celakanya namanya disebut pun tidak dalam pembahasan soal ini. Sementara Ketum partai tanpa kursi (Yusril Ihza Mahendara) malahan sudah mendahului bikin SKCK,” sambungnya.
Kondisi ini, kata Bona, dinilai jadi tambah runyam ketika anak Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang juga Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka memaksakan diri untuk ikut kontestasi Pilpres dengan menjadi cawapres pendamping Prabowo.
“Bahkan sampai ada wacana akan “dikuningkan” lewat AMPI. Masalahnya dari sisi kualitas jelas jauh dari mumpuni dan landasan yuridisnya juga nggak terlalu kokoh. Apalagi penolakan datang bertubi-tubi dari delapan penjuru mata angin. Akhirnya pilihannya adalah menunggu Pak Lurah (Jokowi) kembali ke Tanah Air,” katanya.
Dari titik ini terlihat bahwa koalisi gemuk ini tidak kokoh. Akibatnya, kata Bona, malah bisa saling mengkopling dan bahkan menjegal dalam pertempuran di lapangan. Apalagi Pilpres dan Pileg bersamaan. Salah-salah bisa muncul poros keempat untuk mengakomodir hasrat-hasrat yang terpendam.
“Mencermati dinamika politik minggu ini, rasanya sudah bisa diramalkan siapa yang bakalan memenangkan pertempuran. Ganjar-Mahfud adalah jawabannya. Kecuali mungkin kalau Prabowo memakai skema tiga atau empat wapres. Terbukti dengan satu wapres, kan sudah bolak-balik kalah. Lah apa mungkin pakai lebih dari satu Wapres? Tidak ada yang tidak mungkin. Serahkan saja pada “Sang Paman”. Semuanya bisa diatur,” kelakar Bona.
Saat ditanya mengenai waktu yang pas untuk Prabowo mendaftar ke KPU sebagai capres, Bona pun mengatakan bahwa Ketum Gerindra tersebut akan lebih berhati-hati karena tidak ingin kalah untuk yang kesekian kalinya.
“Lalu kapan Prabowo akan mendaftarkan ke KPU? Ya sabar lah. Anies dan Ganjar kan baru pertama kali, jadi mesti buruan. Kalau Prabowo kan cuman perlu “daftar ulang” karena sudah berpengalaman berkali-kali. Ibaratnya ini cuman remedial doang,” ucapnya.