Jakarta – Siapa sangka, pria yang senang disapa “Jenderal” itu kinimenyandang predikat tersangka. Rumah dinasnya di Kawasan Kuningan, Jakarta tepatnya di komples perumahan pejabat tingginegara “diubek-ubek” Komis Pemberantasan Korupsi atau KPK, 29 September 2023 lalu.
Tidak hanya 12 senjata api, tetapi juga puluhan amplop lengkapdengan nama-nama pemberinya yang ingin naik jabatan. Tidak tanggung-tanggung, KPK sampai mengerahkan mesin hitunguang untuk menghitung jumlah uang yang disita.
Menurut sumber Limapagi, ada fulus dari berbagai jenis mata uang. Totalnya mencapai Rp 30 miliar.
Syahrul Yasin Limpo, demikian nama salah satu pembantuPresiden Joko Widodo menjadi menteri-menteri yang akhirnya“berkualifikasi” menyandang jaket oranye KPK. Sebelumnya ada nama Juliari Batubara, Idrus Marham, Imam Nahrawi, EdhyPrabowo dan Johnny G. Plate.
KPK membidik Syahrul yang bergelar Profesor bidang hukum dan tata pemerintahan itu melakukan tiga rasuah yakni gratifikasi, jual beli jabatan dan pencucian uang di lingkup Kementerian Pertanian.
KPK berburu waktu mengungkap kasus tersebut menjadi terangbenderang, sementara keberadaan Syahrul hingga hari ini masih“gelap”.
Perjalanan Dinas
Usai melakukan perjalanan dinas ke Italia dan Spanyol, bekas Gubernur Sulawesi Selatan itu tidak diketahui keberadaannya.
Jadwal kepulangan ke Jakarta yang semula tanggal 1 Oktober 2023, hingga kini belum jelas.
Pemeriksaan KPK di beberapa ruangan di Kementerian Pertanian – termasuk ruang kerja Syahrul – ditemukan aneka dokumen penting terkait kasus rasuah yang coba dilenyapkan dengan sengaja. Kementerian Pertanian yang seharusnya bisa mengangkat harkat kehidupan petani, justru dijadikan ajang mengeruk uang rakyat.
Langkah KPK yang demikian sigap mengungkap kasus-kasuskorupsi, tentu saja dipandang “nyentrik” jika dikaitkan denganmusim tahun politikm sekarang ini. Seperti kita ketahui, Syahruladalah kader Partai Nasdem.
Nasdem sendiri tengah berada di hubungan yang tidak harmonisdengan Presiden Jokowi selepas Nasdem mengusung Anies Baswedan sebagai Calon Presiden untuk 2024. Banyak kalangan memberi label Anies adalah antitesis Jokowi sehingga pihak-pihak yang mendukung Anies dianggap berseberangan dengan Presiden Jokowi.
Setahun terakhir ini saja, sudah dua menteri asal Nasdem yang berurusan dengan “hambawet”. Terlepas dikait-kaitkan dengantahun politik, KPK kini tengah diuji nyalinya untuk kembalikepada khitohnya.
KPK tidak boleh pandang bulu dalam memberantas kasus-kasuskorupsi di tanah air. Jika KPK ingin menghapus rasa skeptispublik, KPK harus garang juga menegakkan keadilan dalam kasus korupsi bekas Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate.
Dari persidangan Johnny G. Plate, terungkap ada aliran dana Rp 70 miliar yang menyasar Komisi I DPR RI melalui Tenaga Ahli Anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra. Belum lagi uang korupsi pembangunan Menara BTS itu pun juga mengalir keoknum Badan Pemeriksa Keuangan sebanyak Rp 40 miliar.
Syahrul tampaknya tidak akan sendirian masuk hotel prodeo. Pekan-pekan terakhir ini juga, kasus rasuah Johnny G. Plate juga “menyikut” nama Menteri Pemuda dan Olahraga, DitoAriotedjo.
Dito disebut dengan “cethoh weleh-weleh” alias terang benderang menerima pemberian uang Rp 27 miliar untukmengamankan kasus.
Menjanjikan untuk mengamankan kasus menjadi modus klasikkorupsi di negeri yang menganggungkan Pancasila.
Kasus Dito semakin jelas sementara kasus Syahrul juga semakinterkuat. Butuh komitmen sekuat Iron Man untuk memberantas kasus-kasus korupsi di tanah air.