Yogyakarta – Aktivis dan kader partai PDI Perjuangan Gunawan Hartono mengembalikan formulir pendaftaran sebagai mendaftar bakal calon walikota ke DPC PDI Perjuangan Kota Yogyakarta. Tepatnya, ia mengambil formulir tanggal 6 Mei 2024 dan mengembalikan formulir 20 Mei 2024.
“Sebagai warga Kota Yogyakarta dan aktivis politik, di usia saya yang sudah di atas lima puluh tahun ini saya ingin mewakafkan diri saya untuk Kota Yogyakarta tercinta melalui PDI Perjuangan,” kata tokoh pergerakan yang akrab disapa ‘Kawier’ ini.
Kawier mengungkapkan, sebelum aktif di partai, sejak di SMP – SMA ia sudah ikut-ikutan kampanye PDI (merah nomor 3). Hal itu semakin terasa saat ia masuk kuliah di Fisipol UGM tahun 1987.
”Setahun berikutnya ikut menjadi anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) karena saya memang senang berorganisasi. Sejak ikut GMNI itu semakin mengenal politik, terutama pemikiran Bung Karno. Dan di luar kampus jadi simpatisan PDI,” kisahnya.
Saat itu, ia mengaku ikut kampanye karena senang dengan kemeriahan dan hura-hura di jalanan ketika kampanye. Kawier pun cukup aktif menjadi simpatisan seperti mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh pengurus kecamatan atau kelurahan.
”Sekitar tahun 1990-an saya sering ditawari atau tepatnya diajak masuk partai PDI waktu itu, tetapi saya tak mau karena lagi senang-senangnya menjadi aktivis mahasiswa selalu menyuarakan kritik terhadap partai. Di kalangan kawan-kawan dulu kita menyebut PDI itu Partai Dagelan Indonesia,” kenangnya.
Meski demikian, kalau saatnya kampanye Pemilu, ia dan teman-temannya tetap ikut turun berkeliling kota sambil mengibarkan bendera partai dan acungkan 3 jari.
Pernah ia menyampaikan kepada salah satu aktivis / pengurus PDI di kampungnya, “PDI itu akan besar kalau dipimpin anaknya Bung Karno.”
Maka, ketika Megawati Soekarnoputri pada tahun 1993 di event munas PDI di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya diganjal atau tidak diakui oleh rezim waktu itu, tanpa diminta atau ditawari lagi iapun mendaftar menjadi anggota PDI (segilima) tahun 1994.
”Kemudian 1996 muncul Pro-Meg dan seterusnya hingga sekarang saya tercatat anggota PDI Perjuangan dan salah satu Guru Kader karena tahun 2002 mengikuti KGKP (Kursus Guru Kader Partai) PDI Perjuangan di Ciawi, Bogor mewakili Badiklat PDI Perjuangan DIY,” urainya.
Menunggu Rekomendasi Turun dengan Blusukan
Saat ini Kawier mengaku menunggu kapan rekomendasi dari partai turun.
”Yang memdaftar melalui PDI Perjuangan cukup banyak. Kalau tidak salah ada tujuh orang, baik yang mendaftar walikota maupun wakil walikota. Sebagai kader partai kan saya harus taat pada aturan dan proses yang sudah ditentukan oleh partai,” tegasnya.
Sembari menanti kapan dan kepada siapa rekomendasi partai turun, Gunawan Hartono terus blusukan, baik ke kampung maupun kampus.
”Istilahnya belanja masalah ke warga dan kulak ide ke kalangan kampus maupun LSM/NGO. Nongkrong di angkringan sambil ngobrol, kadang muter-muter kota menikmati macet dan memperhatikan timbunan sampah di berbagai tempat. Intinya ngobrol dengan kawan-kawan di jaringan kampus, LSM dan konstituen partai serta warga kampung,” paparnya.
Menurutnya, sosialisasi semacam itu termasuk murah dan tak butuh banyak biaya. ”Ya paling isi bensin motor plus beli rokok sambil bawa duit yang saya punya untuk “ngangkring”. Malah sering dijamu oleh kawan-kawan,” tukasnya.
Karena itulah, Gunawan Hartono tak pernah berpikir berapa banyak uang keluar dari kantungnya saat proses pendaftaran bakal calon wali kota ini.
Gotong royong untuk kemajuan Yogyakarta
”Saya banyak dibantu oleh kawan-kawan. Jadi ngalir saja jalan sambil ngobrol tentang pilkada hingga ujungnya bantingan alias gotong royong. Terus terang saja saya meyakini kekuatan gotong royong ketika digerakkan benar atas dasar kepercayaan memiliki energi yang luar biasa dan sulit dikalahkan,” jelasnya.
Gunawan berpendapat, gotong royong itu dalam wujud pemikiran atau ide, tenaga , waktu bahkan dana atau uang.
”Bahkan yang punya duit dan ikhlas saya minta bantuannya . Ada yang mau bantu seribu, sepuluh ribu, dua puluh ribu, lima puluh ribu, seratus ribu, dua juta, lima juta , bahkan sepuluh juta,” bebernya.
Ia menegaskan, tekadnya sebagai Wali Kota Yogyakarta sederhana saja, bagaimana bisa menjadi wali kota yang lebih baik dan bisa dipercaya daripada walikota sebelumnya.
”Saya juga berteakd, lima tahun yang akan datang perolehan suara PDI Perjuangan naik, perolehan kursi di DPRD naik dan yang terpilih adalah kader atau caleg-caleg yang lebih baik,” tambahnya.
Kalau untuk visi – misi terkait perkembangan Yogyakarta, Gunawan sepakat membawa apa yang sudah ada dalam piagam perjuangan partai yang disesuaikan untuk Kota Yogyakarta.
“Secara khusus, visinya ’mewujudkan Kota Yogyakarta yang berbudaya, humanis dan berkemajuan. Setidaknya ada tiga hal penting, yakni Jogja Berbudaya, Jogja Bersih dan Jogja Berkemajuan. Ketiganya kalau dibreakdown sangat banyak program kerja yang akan dilakukan selama lima tahun ke depan guna mengatasi berbagai masalah yang ada di Kota Yogyakarta,” pungkas Gunawan ’Kawier’ Hartono’.