Jakarta – Kenaikan harga pangan mempengaruhi jumlah penduduk miskin Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2024 mencapai 9,03 persen (sekitar 25,22 juta orang). Jumlah tersebut turun 0,33 persen, atau lebih rendah 0,68 juta orang, daripada periode yang sama tahun lalu.
Plt Sekretaris Utama BPS, Imam Machdi, menyebut angka 9,03 persen ini lebih rendah dari periode sebelum pandemi Covid-19. Penurunan terbesar terjadi pada wilayah pedesaan dengan angka 0,43 persen. Sementara untuk wilayah perkotaan hanya turun 0,20 persen.
Data dari BPS tersebut juga mencatat ada 20 provinsi yang memiliki tingkat kemiskinan di atas angka nasional. Sedangkan 18 provinsi berada di bawah angka nasional.
“Seluruh provinsi di pulau Papua memiliki tingkat kemiskinan di atas angka nasional, sementara sebagian besar provinsi di pulau Kalimantan di bawah angka nasional kecuali Kalimantan Utara,” jelas Imam saat konferensi pers pada hari Senin (1/7).
Imam menjelaskan, ada beberapa fenomena ekonomi yang mempengaruhi penurunan tingkat kemiskinan pada bulan Maret 2024. Faktor-faktor tersebut adalah pertumbuhan ekonomi, nilai tukar petani (NTP), upah buruh lapangan usaha pertanian, serta bantuan sosial dari pemerintah. Sayangnya, penurunan terhambat oleh naiknya beberapa komoditas pangan. Semisal harga beras yang naik sekitar 20,07%, telur ayam ras naik 11,56%, cabai merah naik 45,94% dan gula pasir naik 18,41%.