Memutuskan untuk hidup sendiri bagi sebagian orang bukanlah sesuatu yang mudah. Tapi pada tahun 2017, terjadilah pertentangan budaya oleh kaum muda di Korea Selatan. Mereka menentang adanya tekanan untuk menikah dan kemudian memutuskan untuk hidup sendiri.
Pertentangan itulah yang kemudian memunculkan istilah honjok (diucapkan hon-juk). Hon merupakan kependekan dari kata honja yang artinya sendirian. Kata jok artinya suku. Jadi honjok artinya, suku penyendiri.
Perlawanan ini juga muncul karena banyak anak muda Korea yang merasa frustasi setelah bertahun-tahun bersaing dalam perekonomian yang lesu serta kurangnya kesempatan kerja. Ada rasa putus asa yang menghinggapi anak muda Korea.
Buku berjudul Honjuk : Seni Hidup Sendiri ini diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Banyak yang kemudian merasa tidak punya pilihan dan kemudian memilih gaya hidup honjuk. Di Seoul, jumlah keluarga tunggal, yakni keluarga yang anggotanya hanya satu orang mencapai hampir sepertiga dari semua keluarga yakni 31,6 persen berdasarkan data April 2019. Dan angka ini bisa mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
Mengejar Mimpi ala Amerika
Dalam buku yang ditulis oleh Crsytal Tai dan Francie Healey, selama beberapa generasi, anak muda Korea Selatan dipaksa untuk mengejar ‘mimpi Korea’ yakni serangkaian sasaran yang tidak adanya bedanya dengan mimpi Amerika. Mimpi untuk belajar hingga lulus, mendapatkan pekerjaan, menikah, membeli rumah dan punya anak.
Di balik itu semua, ada gerakan #NoMarriage atau tidak menikah di Korea Selatan oleh perempuan Korea. Mereka memilih tetap melajang untuk mempertahankan kebebasan dan pengaturan diri sendiri.
Perempuan Korea Selatan yang telah menikah diharapkan menjadi menantu yang patuh dan penyayang yang melakukan semua kegiatan rumah tangga. Perempuan juga dipaksa untuk memilih antara mengejar karier atau keluarga. Bahkan perempuan pekerja di Korea Selatan kerap dihadapkan pada kenyataan bahwa bisa saja dipecat jika memiliki bayi.
Tekanan perempuan Korea Selatan untuk selalu tampil cantik menjadikan perempuan kerap merasa tereksploitasi secara penampilan. Korea Selatan adalah salah satu negara yang menduduki peringkat tertinggi di dunia dalam hal operasi wajah.
Tekanan Hidup Perempuan Korea Selatan
Bahkan satu dari tiga perempuan Korea Selatan menurut jajak pendapat Gallup Korea, mengaku pernah menjalani operasi tersebut. Standar masyarakat Korea Selatan bahwa perempuan harus memiliki hidung mancung, wajah tirus, kelompok mata ganda inilah yang kemudian menimbulkan gerakan Escape the Corset (campakkan korset).
Tekanan demi tekanan yang dialami perempuan Korea Selatan pada umumnya, inilah yang kemudian menimbulkan munculnya gaya hidup honjuk. Satu sisi ada kesadaran bahwa memilih honjuk artinya harus siap menghadapi penderitaan dan kesedihan.
Tapi kesadaran itu tak membuat keputusan untuk honjuk berhenti begitu saja. Salah satu perempuan Korea bernama Sooyoun Kim memutuskan hidup honjul dan merasa makin menemukan kedamaian serta eksistensi diri yang sesungguhnya.
Dalam buku ini juga diungkapkan bahwa cara seseorang memandang kesendirian adalah persoalan persepsi pribadi. Ada yang menyamakan kata sendirian dengan kesepian. Tapi ada juga yang menemukan ketenangan karena memiliki ruang dan waktu sendirian untuk benar-benar menjadi diri sendiri.
Apalagi adanya kemajuan teknologi yang membuat kita lebih mampu memenuhi berbagai kebutuhan tanpa perlu berinteraksi dengan orang lain.
Apakah anda memiliki honjuk atau tidak?