Jakarta – Hari ini, Sabtu, 25 Mei 2024 merupakan hari terakhir Butet Kartaredjasa menggelar Pameran Seni Rupa bertajuk ‘Melik Nggendong Lali’ setelah sebulan penuh bereksebisi di Gedung A Galeri Nasional Indonesia, Jakarta.
Karya-karya Butet beraneka rupa. Dari instalasi hingga lukisan berbagai medium. Sekilas apa yang disampaikannya menjadi perlawanan atas kondisi politik saat ini. Terutama patung utama dan rangkaian kata ‘asu’ maupun ‘wuasuwok’ yang menjadi ciri khasnya.
Di antara masa sebulan pameran itu, Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri sempat berkunjung, pertengahan Mei lalu.
Setelah mengitari area pameran, Megawati tak menampik bahwa di dalam seni terdapat politik. Menurutnya, politik seni merupakan karya dengan interpretatif.
“Ungkapan-ungkapan itu digambarkan sesuai keinginannya, tetapi belum tentu keinginan saya begini. Mungkin, saya inginnya bunga,” kata Megawati.
Meski begitu, dia tak ingin kedatangannya dikaitkan dengan isu politik. Ia datang ke pameran Butet hanya untuk menikmati seni.
“Karena buat saya seni itu juga kehidupan kan. Jadi juga artinya, kalau tadi (wartawan) menanyakan interpretasi (atas karya Butet), itu terserah (interpretasi) masing-masing,” jelasnya.
Tentang ikon utama, yakni patung seorang pria kurus berhidung panjang, Butet mengungkap makna di balik patung tersebut.
“Saya bebaskan untuk ditafsir. Arti patung ini simbol kepalsuan dan kemunafikan,” ujarnya.
Meski begitu, Butet mengatakan, pengunjung bebas menafsirkan makna patung tersebut. Menurutnya, seni itu multi tafsir.
“Saya tidak ingin mendikte orang yang ngelihat. Bebas,” ucap Butet.