China – Pihak otoritas keuangan China dan Thailand sepakat untuk meninggalkan dolar Amerika Serikat (AS). Bank sentral kedua negara baru saja menandatangani perjanjian untuk menggunakan mata uang lokal dalam transaksi lintas batas. Kebijakan yang sama juga dilakukan India dan Nigeria pekan lalu. Situasi Ini menunjukkan bahwa dedolarisasi kian nyata, seperti yang telah ditekankan Presiden Rusia Vladimir Putin saat kunjungannya ke Beijing belum lama ini.
Sebagaimana diketahui, Thailand dan China bekerja sama dalam transaksi mBridge. Sejumlah pihak beranggapan proyek transaksi CBDC internasional ini dapat mematahkan monopoli jaringan SWIFT. Apalagi proyek ini juga melibatkan Bank for International Settlements (BIS) dan Bank Sentral China, Hong Kong, Thailand, dan Uni Emirat Arab (UEA).
China terus meninggalkan dolar AS karena tidak ingin ekonomi terus bergantung pada jaringan pembayaran yang dikendalikan Barat. Mereka belajar dari Iran dan Rusia yang tetap berdiri sendiri meskipun terputus dari jaringan SWIFT. Dengan mengembangkan proyek mBridge, China ingin menciptakan jaringan pembayaran internasional di CBDC tanpa keterlibatan sistem SWIFT. Dengan begitu, bank-bank akan terhubung secara langsung melalui bank sentral mereka. Di China, mBridge terhubung ke sistem e-CNY CBDC.
Beberapa pejabat America Serikat khawatir jaringan mBridge akan memberikan keunggulan bagi Beijing dalam menggunakan CBDC untuk merevolusi pembayaran internasional. Bila sampai terjadi, ini akan memungkinkan mata uang lain untuk membayangi dolar sebagai mata uang utama dunia.
Josh Lipsky, Direktur GeoEconomics Center dari Atlantic Council, mengungkapkan fakta bahwa mBridge terbentuk di bawah naungan BIS membuat banyak orang di Amerika Serikat khawatir. Terutama karena China menyingkirkan dolar dengan kecepatan yang luar biasa.