Jakarta – Siapa sangka ternyata daun bisa menjadi motif dan pewarna alami untuk produk kerajinan kain, selendang, mukenah, dan tas. Produk-produk tersebut terbentuk bukan dari hasil cetak atau printing melainkan dari penggunaan daun alami. Yups kerajinan ini disebut dengan kerajinan ecoprint.
Ide kreatif ini muncul guna memanfaatkan potensi alam yang tentunya lebih ramah lingkungan. Sesuai namanya, ‘ecoprint’ berasal dari kata ‘eco’ yang berasal dari kata ekosistem atau alam dan ‘print’ yang artinya mencetak. Jadi arti dari ecoprint adalah kain yang dicetak motif dengan bahan-bahan alami yang terdapat di alam sekitar kita, seperti sampah daun kering atau dedaunan yang jatuh.
Produk ecoprint kini semakin berkembang dan menjadi peluang bisnis yang cukup menjanjikan, seperti salah satunya pengrajin Ecoprint Srayan Makarya Bobosan Purwokerto. Bisnis yang digeluti Suciatin bersama ibu-ibu kampung sejak 2019 tersebut berhasil menambah penghasilan lewat produknya.
“Ecoprint ini saya produksi sejak Covid-19, karena memag kita tidak punya aktifitas apapun sehingga didalam kesempitan ini saya berusaha untuk produktif dengan mengikuti workshop online yang ada di wa grup kemudian saya praktek di rumah sehingga saya terus belajar dan mampu memproduksi dan sampai saat ini tetap eksis ditambah lagi pemasaran yang sudah sampai internasional,” papar Suciatin.
Suciatin juga menjelaskan proses pembuatan batik Ecoprint melalui beberapa tahap diantaranya menyiapkan bahan daun yang diperlukan. Daun yang digunakan juga bisa didapatkan dengan mudah di sekitar lingkungan, seperti daun jati, daun manga, lanang, eucalyptus, jarak wulung, jarak kepyar. dan masih banyak lagi.
Pilih kain yang meresap seperti catton sunforis, tarikupu, mori atau lainnya biasanya beli di toko koprasi batik.
Sedangkan prosesnya adalah kain dicuci, discorong dengan digodog atau rebus 30 menit pakai soda ass, lalu rendam semalam dengan air godogan tersebut.
Usai direndam semalamam, bilas dan jemur yang dilanjutkan dengan proses mordan mencampurkan air tawar, cuka, tunjung, tawas, soda kue lalu aduk dan masukan kain sambil diremas selama 3-5 menit kemudian jemur kembali.
Setelah dijemur dan kering,masukan pada air kapur yang bening, jemur kembali dan setelah kering siap diproses Ecoprint.
Selanjutnya saat memproses dengan Ecoprint siapkan kain, daun, kain, plastik gulung dan ikat kencang dan rapat, kukus 60-90 menit, buka angin2, kering diamkan selama 3-5 hari, fixsasi pakai tawas dan bilas. “Proses pembuatannya cukup lama ya, kenapa ecoprint ini cukup mahal ya karena proses pembuatan kainnya itu dari kita mencuci, menggodok, sampai bisa menjadi produk ecoprint yang sempurna,” sambung Suciatin.
Bisnis ecoprint merupakan bisnis yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Terlebih di era digital saat ini yang memudahkan seseorang melakukan segala hal, salah satunya mempromosikan bisnis di sosial media, Bisnis ecoprint milik Suciatin pun dipromosikan melalui media Instagram, sehingga banyak dilirik para peminatnya baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Tak tanggung-tanggung. wanita 51 tahun ini bisa mendapatkan omzet dalam sebulan mencapai puluhan juta rupiah.
Berkat ketekunan Suciatin dalam membuat produk ecoprint, wanita tiga anak ini juga berhasil mendapatkan penghargaan Times Award sebagai woman of the year Banyumas 2021.
Bisnis ecoprint bisa menjadi pilihan berbisnis fashion yang bersifat kreatif. Inovatif. eksklusif dan beda dari yang lain. Dengan memanfaatkan sumber daya alam di lingkungan sekitar, produk ecoprint merupakan produk yang layak dijual. memiliki harga jual yang tinggi dan ramah lingkungan.