Medan – Perkembangan jelang pemilihan kepala daerah di Sumatra Utara kian memanas. Mantan Pangkostrad yang pada Pilgub enam tahun silam menjadi lawan, kini kian akrab dengan PDI Perjuangan.
Edy Rahmayadi menguat sebagai calon gubernur Sumatera Utara dari partai moncong putih dan siap melawan menantu Presiden Joko Widodo, Bobby A Nasution. Eks Ketua Umum PSSI itu mengingatkan agar jangan ada “main beras” dan intervensi kekuasaan dari Istana. Yang unik, saat PDI Perjuangan menyambut hangat pendaftaran Edy, tak lagi nampak foto Jokowi di ruangan kantor DPD PDI Perjuangan Sumatra Utara di Medan.
Ketua DPD PDI Perjuangan Sumut Rapidin Simbolon menerima langsung berkas pendaftaran Edy. Kedua pihak punya kepentingan sama, melawan Bobby yang namanya menguat sebagai calon gubernur Sumut dari Partai Golkar. Selain itu, nama lain yang menguat adalah mantan Wakil Gubernur Sumut, Musa Rajekshah, yang berebut tiket dari Golkar dengan Bobby.
“Semua orang boleh bercita-cita menjadi seorang pemimpin. Mau Bobby, mau Musa, mau siapa pun dia. Yang tidak boleh melukai aturan yang ada. Kalau aturannya begini, ikuti begini. Tidak boleh bawa beras, ya jangan pakai beras. Tidak boleh melakukan intervensi melalui kekuasaan, ya jangan lakukan itu,” kata Edy.
Nuansa perlawanan terhadap kekuatan politik Jokowi terasa sangat kuat pada pendaftaran gubernur di Kantor PDI-P itu. Di Aula Bung Karno yang menjadi tempat penerimaan berkas pendaftaran itu, hanya ada foto Wakil Presiden Ma’ruf Amin di bawah lambang negara Garuda Pancasila. Sementara, foto Jokowi tampak sudah diturunkan dari dinding ruangan itu.
Rapidin menyebut, hubungan PDI Perjuangan Sumut dengan Edy berjalan baik selama Edy menjabat Gubernur periode 2018-2023 meskipun partai itu bukan pengusung Edy.
“Kalau nanti keputusan DPP yang dipimpin Ibu Ketua Umum Megawati Soekarnoputri menunjuk Pak Edy yang menjadi calon gubernur Sumut, terus terang kami akan all out. Kami akan mengerahkan seluruh kekuatan partai untuk memenangkan Pak Edy,” kata Rapidin.
Rapidin menyebut, hampir semua pengurus PDI Perjuangan Sumut hadir menyambut pendaftaran Edy. Ada suasana batin yang sama yang ingin mencari pemimpin yang tidak berkhianat.
“Kalau mencari pemenang saja sudah kita lihat fakta dan kenyataannya. Yang sulit itu mencari pemimpin yang jujur, bertanggung jawab, dan tidak berkhianat,” kata Rapidin.
Dalam sejarah perjalanan Pilgub Sumut, PDI Perjuangan pernah mencalonkan Mayjen (Purn) Tri Tamtomo yang bukan kader dan dipasangkan dengan kader PDI Perjuangan, yakni Benny Pasaribu, tepatnya pada Pilgub Sumut 2008. Partai tersebut juga menyebut terbuka kepada semua calon, kecuali Bobby, karena sudah dipecat dari partai. Dia dianggap tidak mendukung partai sejak Pilpres 2024.
Setelah dari PDI Perjuangan, Edy dijadwalkan mendaftar ke Partai Nasdem, PKB, dan PKS, partai pengusung Anies-Muhaimin. Saat Pilpres lalu, Edy menjadi Ketua Tim Kampanye Daerah Sumatra Utara untuk pasangan calon Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.