Jakarta – Satu minggu libur lebaran kemarin sebenarnya menjadi momen “healing” bagi Jakarta. Tak hanya untuk warganya tapi juga jadi momen healing bagi kotanya. Kota yang biasanya sibuk, menjadi sepi ditinggal oleh penduduknya. Polusi sedikit terurai, keramaian tak dijumpai, jalanan sepi, itulah yang dirasakan kota Jakarta selama libur lebaran kemarin. Namun kini siap tidak siap Jakarta harus kembali ke mode awal, dengan kemacetan dan polusinya.
Kemarin, Rabu, 17 April 2024, Jakarta menjadi kota dengan tingkat polusi udara tertinggi kelima di dunia. Bayangkan, langsung masuk ke top 5 dunia. Kemarin tingkat polusi udaranya mencapai 151, menurut AQI. “Indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 151 atau masuk dalam kategori tidak sehat dengan angka partikel halus (particulate matter/PM) 2.5,” dalam lamannya.
Berharap hal baik terjadi hari ini namun harapan itu pupus, berdasarkan situs pemantauan AQI yang sama yaitu IQAir, “Indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 119 atau masuk dalam kategori tidak sehat dengan polusi udara PM2,5 dan nilai konsentrasi 43 mikrogram per meter kubik,” tulisnya. Salah satu penyebab utama tingginya polusi Jakarta berasal dari gas karbon kendaraan. Jakarta sudah kembali macet, semua kembali menggunakan kendaraannya masing-masing. Walau sudah banyak yang terbentuk kesadaran menggunakan transportasi umum, tapi masih banyak juga yang enggan menggunakannya. Lebih memilih menggunakan transportasi pribadi sambil bermacet-macetan, lebih memilih kenyamanan.
Pada jam pulang kantor malam kemarin, jalanan utama yang lima hari lalu masih kosong, kembali dipadati kendaraan. Salah satunya di Jl Jendral Sudirman depan FX, terjadi kepadatan yang cukup parah ke arah Blok M. Pantauan dari dalam MRT-pun juga serupa, dipadati oleh penumpang. Dalam satu gerbong kembali penuh di jam rush hour. Belum lagi kemarin hujan melanda Jakarta pada sore hari, membuat macet menjadi lebih parah. Warga Jakarta harus kembali menyesuaikan diri dengan kondisi Jakarta yang seperti ini.
Menurut pantauan Dishub Jakarta, 80 persen pemudik sudah kembali ke Jakarta, sehingga Jakarta kembali padat dan lalu lintas macet. “Proyeksi kan 28,4 juta. Sudah sekitar 80 persen yang ke Jakarta. Ada pengumuman untuk hari ini sampai besok ada WFH, sehingga ada beberapa yang menunda kembali ke Jakarta dan menunggu selesai pelaksanaan WFH,” ungkap Syafrin Liputo, Kepala Dinas Perhubungan Jakarta. “Iya kami pantau tadi memang lalu lintas sudah mulai padat. Oleh sebab itu kami mengimbau masyarakat, mari setelah lebaran kita kembali disiplin, taati rambu rambu lalu lintas,” tambahnya.
Kembalinya Jakarta ke ‘settingan awal’ ini menjadi tanda bahwa Jakarta memang dipenuhi oleh para perantau yang berusaha mendapatkan kerja yang lebih menjanjikan di kota. Para perantau dan penduduk asli Jakarta harus bersiap untuk menaklukan Jakarta yang kembali macet. Dihimbau pula untuk lebih meningkatkan kesadaran untuk menggunakan transportasi umum, dan menggunakan masker jika berada di luar ruangan untuk mengurangi efek polusi pada tubuh.