Jakarta – Salah satu hal paling mengejutkan dalam kontestasi Pemilu 2024 adalah penunjukan Mahfud MD menjadi cawapres Ganjar Pranowo. Dianggap mengejutkan, karena elektabilitas Mahfud MD terbilang biasa-biasa saja. Secara personal, ia bukan orang partai yang memiliki basis suara. Sementara sebagai pejabat publik, ia dikenal sebagai sosok yang zakelijk. Dalam berbicara selalu jujur apa adanya. Tidak suka mengumbar janji lalu membalutnya dengan kata-kata manis untuk meraih simpati orang lain.
Lantas, apa yang menyebabkan Megawati memilihnya sebagai cawapres pendamping Ganjar?
Saat diwawancarai SCTV dalam program Liputan6 yang tayang pada Minggu (17/3), Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengungkapkan bahwa Megawati menyadari situasi Indonesia yang sedang dalam bahaya besar. Korupsi, kolusi, dan nepotisme yang dulu sempat tumbuh subur di masa Orde Baru kembali muncul di tengah masyarakat. Diperlukan orang seperti Mahfud yang mampu menegakkan hukum secara tegas.
“Bu Mega setiap malam berzikir. Meminta petunjuk dari Tuhan yang maha kuasa. Berzikir dengan tasbih warna merah. Dalam doa itu, Ibu Mega ibu melihat bahwa bangsa ini menghadapi persoalan nepotisme, kolusi, dan korupsi yang sangat serius. Itu juga hulu hilir korupsinya,” katanya.
“Lalu ibu Mega, dengan mencalonkan Prof Mahfud, meminta dirancang reformasi hukum. Karena, kalau korupsi ini bisa kita berantas, maka harga-harga bahan pokok rakyat tidak akan mengalami kenaikan seperti ini. Bayangkan, beras kita lebih mahal dari Singapura yang tidak punya sawah. Ini kan sudah penyimpangan yang luar biasa,” lanjutnya.
Hasto berharap Indonesia tidak mengulangi kesalahan masa lalu. Bagaimanapun, perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme harus diberantas karena terbukti hanya menguntungkan segelintir orang. Namun merugikan bangsa dan negara secara keseluruhan.