Sebatik – Melambungnya harga beras di dalam negeri membuat warga Pulau Sebatik, Kalimantan Utara, membeli beras dari Malaysia. Menurut warga setempat, harga beras Indonesia saat ini dijual di kisaran Rp13.000 per kilogram. Sedangkan beras Malaysia dijual Rp9.000 per kilogram. Selisih harga antara keduanya cukup signifikan. Apalagi jika pembelian dilakukan dalam jumlah banyak.
“Lebih mudah dari Malaysia, lebih gampang, lebih murah. Beras di Tawao 27 ringgit 60 sen, Rp 90 ribuan, nggak sampai Rp 100 ribu. Sedangkan kalau di sini (Indonesia) harganya sekitar Rp 130 ribu,” kata Muliyati, warga lokal yang sehari-hari berjualan sembako di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara.
Selain beras, umumnya masyarakat di sini juga lebih menyukai produk sembako lainnya dari Malaysia. Semisal minyak, sayur mayur, buah-buahan, hingga makanan beku (frozen food). Selain masalah akses, ketersediaan barang juga lebih terjamin daripada produk-produk dari Indonesia.
“Produk Malaysia (lebih laku) karena murah. Di sini prioritasnya yang mana yang murah, itu cepat laku. Semua toko hampir semua, rata-rata toko juga jualan produk Malaysia seperti minyak makan, Lebih murah. Di sana cuma Rp16.000. Sedangkan barang Indonesia kurang lebih Rp20.000. Beda harganya lumayan jauh,” timpal warga bernama Nila.
Wakil Bupati Nunukan Hanafiah mengatakan, tantangan utama yang ada di Pulau Sebatik ialah menyangkut akses logistik. Akibatnya, harga produk-produk RI di Pulau Sebatik lebih mahal ketimbang Malaysia. Kondisi ini menjadi satu persoalan yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah.
“Sebenarnya kalau pemerintah Indonesia mampu mengatasi persoalan sembako dan lain-lain, sehingga jumlahnya mencukupi, tentu kan orang tidak beli ke Malaysia. Tetapi apabila hal ini tidak bisa terpenuhi, tentu kan jalan keluarnya cari ke tempat lain. Ini kan teori mudah sebenarnya. Hukum ekonomi. Masyarakat tidak dapat disalahkan, karena memang butuh pada saat itu dan harus cepat,” jelasnya.