Jakarta – Pemerintah melalui Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengakui target penurunan kemiskinan sebesar 6,5-7,5% dalam RPJMN 2020-2024 kemungkinan tidak bisa dicapai. Hingga tahun 2023 saja, tingkat kemiskinan masih berkisar di 9,36%.
Berdasarkan pengalaman beberapa tahun sebelumnya, penurunan kemiskinan per tahunnya maksimal cuma 0,3%. Melihat hal tersebut, Muhajdir mengaku pesimis target kemiskinan minimal 7,5% bisa dicapai di 2024 ini.
“Kemiskinan kita di 2023 kan masih 9,36%. Padahal targetnya kan kisaran 6,5-7,5%. Jadi masih butuh 1,85% untuk bisa mencapai target RPJMN. Dan itu saya tidak terlalu optimis bisa capai itu,” beber Muhadjir dalam pernyataannya yang dikutip dari siaran virtual Sekretariat Wakil Presiden, Jumat (23/2/2024).
“Target itu kemungkinan besar tak akan tercapai,” tegasnya.
Hal itu juga berlaku pada target penurunan kemiskinan ekstrim. Kemiskinan ekstrim dalam RPJMN ditarget mencapai 0% pada tahun 2024. Muhadjir sendiri mengatakan paling optimal kemiskinan ekstrim mendekati 0%, kisarannya berada di bawah 0,5%.
Setidaknya penurunan kemiskinan ekstrem sudah sangat mendekati target yang ditetapkan. Saat ini tingkat kemiskinan ekstrim di Indonesia tercatat 1,12%, penurunan tahunan bisa terjadi mencapai 0,9% tahun lalu. Maka dari itu, dia optimis tingkat kemiskinan ekstrim bisa turun mendekati 0%.
“Beda dengan target kemiskinan ekstrim, itu sekarang posisinya sudah 1,12% ada penurunan sampai 0,90% pada tahun 2022-2023, sehingga tahun 2024 ini untuk kemiskinan ekstrim kita harapkan bisa turun walaupun tidak nol benar, 0 persis, saya kira tidak mungkin. Paling tidak di bawah 0,5%,” pungkas Muhadjir.