Surakarta -. Dari Ngarsopuro sampai Benteng Vastenburg, meski gerimis, ratusan ribu rakyat Solo Raya dan berbagai daerah di Indonesia tetap berjejal mendukung Ganjar-Mahfud. Massa yang mulai memenuhi jalanan sebelum matahari terbit itu disuguhkan dengan kirab dan pementasan yang kental budaya dan nilai-nilai kerakyatan.
“Kami menyampaikan apresiasi setinggi tingginya atas antusiasme dan partisipasi yang tinggi dan solid dari seluruh masyarakat, relawan, dan pendukung Ganjar- Mahfud, sehingga Hajatan Rakyat Solo berjalan lancar dan sukses. Mari kita kawal suara kita untuk Ganjar- Mahfud hingga saat pencoblosan di TPS pada 14 Februari nanti.”
Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Arsjad Rasjid, mengatakan, “‘Hajatan Rakyat’ adalah tentang rakyat. Seluruh penyelenggaraannya melibatkan rakyat. Mulai dari hiburan, kirab, sampai ke pelaku UMKM turut serta sehingga menyajikan atmosfer yang sangat merakyat.”
“Hal ini menggambarkan bahwa sejatinya pilpres (pemilihan presiden) sebagai pesta demokrasi itu bisa dinikmati oleh rakyat, sebagai pesta rakyat yang sesungguhnya,” lanjutnya.
Calon presiden (capres) Ganjar Pranowo dan calon wakil presiden (cawapres) Mahfud MD yang mengikuti kirab menggunakan gerobak sapi menyinggahi beberapa titik untuk mengapresiasi pementasan dan hantaran dari rakyat.
Di titik kedua yang disinggahi, Ganjar terlihat memberikan jeruk kepada pemain barongsai sebagai ucapan selamat tahun baru. Dalam rangka merawat kebhinekaan pada tahun baru Imlek, barongsai dan liong turut mengiring Ganjar-Mahfud menjadi pemimpin.
Wakil Ketua TPN, KH. Zainuddin Abdul Majid atau Tuan Guru Bajang mengatakan, “Ganjar-Mahfud begitu inklusif, bisa diterima oleh masyarakat indonesia. Ini otentisitas yang penting dimiliki pemimpin. Keduanya tidak berbatas dengan rakyat dan diterima oleh siapapun.”
Selain itu, pementasan Reog baik dari Ponorogo, Boyolali, maupun Tawamangu juga tidak kalah semaraknya. Agung Setyono, Ketua Umum Reog Surakarta Hadiningrat yang ikut tampil bangga sebagai masyarakat Surakarta bisa mengiring Ganjar-Mahfud menuju kemenangan. “Kami percaya bahwa kebaikan dan berbudi pekerti ada pada Ganjar-Mahfud. Mereka sosok yang pantas dan saling melengkapi sebagai penerus Indonesia,” ujar Agung.
Bagian penting dari rangkaian pementasan ini adalah drama tari Wayang Orang ‘Durga Mendhak, Sang Kala Sirna’. Drama tari yang berarti ‘tunduknya kejahatan, musnahnya angkara murka’ ini bercerita tentang nafsu kuasa yang menghalalkan segala cara. Tentang pribadi penuh serakah yang merasa dirinya paling berhak berkuasa.
Cerita tentang Dewasrani, putra penguasa negeri para dewa yang berambisi menguasai dunia dengan segala daya upaya ini, dihadang dan digagalkan seorang ksatria utusan kebenaran, Wisanggeni. Melalui peperangan hebat, Wisanggeni mengalahkan Deswarani dengan dibantu Semar yang melambangkan kekuatan rakyat.
Esha, koordinator pementasan wayang orang mengatakan, “Wisanggeni adalah sosok ksatria pemberani, tegas, dan suka menolong kesulitan rakyat; yang mencerminkan sosok Ganjar Pranowo. Dan tokoh sakti mandraguna yang mewakili sosok rakyat, penasihat ksatria yang sederhana, jujur, dan bijaksana; yang mencerminkan sosok Prof. Mahfud MD.”
Sepanjang jalan, nampak rakyat memberikan hantaran kepada Ganjar dan Mahfud. Di depan Kantor Pos Indonesia, misalnya, rakyat memberikan Ganjar Pranowo toga yang melambangkan harapan rakyat akan pendidikan yang berkualitas bagi semua melalui program Satu Keluarga Miskin, Satu Sarjana. Sementara itu, di depan lembaga pemasyarakatan (rumah tahanan) Mahfud MD diberikan perangkap tikus yang melambangkan harapan rakyat akan pemerintahan yang bersih melalui program Sikat KKN.
Simak rangkaian pementasan budaya ‘Hajatan Rakyat’ Surakarta di bawah ini.
Pementasan Dari Ngarsopuro Sampai Benteng Vastenburg
Titik Ngarsopuro
Tarian Umbul Donga Singkir Sakerta membuka kirab rakyat untuk Ganjar Mahfud. Umbul Donga Singkir Sakerta berarti memanjatkan doa untuk menyingkirkan segala kekotoran dan kesialan yang ada di negeri ini.
Titik 1: McD Slamet Riyadi
Dalam rangka merawat kebhinekaan pada tahun baru Imlek, barongsai dan liong turut mengiring Ganjar-Mahfud menjadi pemimpin. Barongsai dan liong adalah simbol suci yang dipercaya memiliki kekuatan yang dapat mendatangkan keberuntungan dan menghindarkan kesialan. Itu lah yang dikehendaki rakyat dari pemimpinnya.
Ganjar Pranowo memberikan jeruk kepada pemain barongsai sebagai ucapan selamat tahun baru Imlek.
Titik 2: Slari Coffee
Penampilan Lembu Sura adalah pengingat bagi penguasa saat ini bahwa mengingkari janji akan berdampak buruk. Hikmah kisah Lembu Sura juga menjadi pengingat bagi Ganjar-Mahfud kepada rakyat yang mencintainya. Ganjar-Mahfud tidak akan meninggalkan rakyat.
Dekat titik ini, rakyat memberikan Ganjar Pranowo padi sebagai lambang kejayaan petani dan harapan rakyat untuk kesuburan di Bumi Pertiwi. Sementara Mahfud MD diberikan dandang bambu sebagai simbol komitmen untuk swasembada pangan.
Titik 3: Bank Perkreditan Rakyat Sabar Artha Prima
Seni tradisi Reog sarat makna religius, toleransi, disiplin, kerja keras, dan kreativitas. Semangat kebangsaandan tanggung jawab ini juga yang akan selalu diemban Ganjar-Mahfud dalam memimpin Indonesia.
Selepas titik ini, rakyat memberikan Ganjar Pranowo degan atau kelapa muda yang melambangkan pemimpin yang membawa kesegaran. Sementara Mahfud MD diberikan hasil bumi. Ketela dan jagung melambangkan harapan rakyat untuk kejayaan petani ketahanan pangan.
Titik 4: Lembaga pemasyarakatan rutan kelas I
Kata “reog” berasal dari kata “riyokun” yang artinya khusnul khatimah. Penampilan Reog, selain sebagai simbol komitmen menjaga warisan budaya bangsa, juga untuk menunjukkan harapan agar perjuangan rakyat bersama Ganjar-Mahfud menjadi perjuangan yang diridhai Tuhan.
Tidak jauh dari titik ini, rakyat memberikan Ganjar Pranowo jaring nelayan yang melambangkan harapan rakyat bagi kejayaan nelayan dan kedaulatan maritim. Sementara Mahfud MD diberikan perangkap tikus yang melambangkan harapan rakyat akan pemerintahan yang bersih melalui program Sikat KKN.
Titik 5: Bank CIMB Niaga, Titik 6: Sisi kiri Jl. Slamet Riyadi, dan Titik 7: Bundaran Gladak
Pementasan Reog Ponorogo berlanjut di dua titik ini. Di depan GPIB Penabur, rakyat memberikan Ganjar Pranowo stetoskop yang melambangkan harapan rakyat akan kesehatan bagi semua melalui program Satu Desa, Satu Faskes, Satu Nakes. Sementara, Mahfud MD diberikan kitab hukum yang melambangkan harapan rakyat untuk penegakkan hukum yang berkeadilan.
Titik 9: Kantor Pos Indonesia
Sementara pementasan Reog Ponorogo berlangsung di titik ini, di perempatan Bank Indonesia, rakyat memberikan Ganjar Pranowo toga yang melambangkan harapan rakyat akan pendidikan yang berkualitas bagi semua melalui program Satu Keluarga Miskin, Satu Sarjana.
Rakyat juga memberikan Mahfud MD palu sidang yang melambangkan ketegasan hukum yang tidak lagi ‘tumpul ke atas’.
Titik 10: Balaikota Surakarta
Pementasan drama tari Wayang Orang ‘Durga Mendhak, Sang Kala Sirna’. Drama tari yang berarti ‘tunduknya kejahatan, musnahnya angkara murka’ ini bercerita tentang nafsu kuasa yang menghalalkan segala cara. Tentang pribadi penuh serakah yang merasa dirinya paling berhak berkuasa. Inilah cerita tentang Dewasrani, putra penguasa negeri para dewa, yang berambisi menguasai dunia dengan segala daya upaya.
Ambisi Dewasrani ini, anak dari Jagadnata dan Bathari Durga, dihadang dan digagalkan seorang ksatria utusan kebenaran, Wisanggeni. Melalui peperangan hebat, Wisanggeni mengalahkan Deswarani dengan dibantu Semar yang melambangkan kekuatan rakyat.
Rakyat memberikan wayang Wisanggeni kepada Ganjar Pranowo dan wayang Semar kepada Mahfud MD.
Wisanggeni adalah sosok ksatria pemberani, tegas, dan suka menolong kesulitan rakyat; yang mencerminkan sosok Ganjar Pranowo. Tokoh sakti mandraguna yang mewakili sosok rakyat, penasihat ksatria yang sederhana, jujur, dan bijaksana; yang mencerminkan sosok Prof. Mahfud MD.
Menuju Benteng Vastenburg, rakyat memberikan Ganjar dan Mahfud rekaan KTP Sakti yang melambangkan program KTP Sakti untuk kesejahteraan rakyat.
Titik Benteng Vastenburg
Acara utama kampanye akbar ‘Hajatan Rakyat’ Surakarta menampilkan orasi tokoh-tokoh nasional, sederet band dan penyanyi ternama, dan penampilan khusus dari Butet Kertaredjasa beserta putra putri penyair Wiji Thukul, korban penculikan 1998.