Jakarta –Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Muhammad Ali mengungkap rencana kerjasama dengan Turki untuk membuat peluru kendali (rudal) jelajah anti-kapal di dalam negeri. Kerjasama transfer teknologi tersebut merupakan bagian dari kontrak pembelian rudal Atmaca produksi Rocketsan, perusahaan senjata dari Turki.
“Rudal Atmaca ini sekelas Harpoon dan Exocet. Turki bersedia bekerjasama membuatnya dengan menggunakan komponen lokal, sehingga bisa diharapkan menjadi rudal nasional. Tetapi itu masih pembicaraan lebih lanjut, belum final,” kata Laksamana Ali menjawab pertanyaan wartawan saat dia ditemui di Dermaga Kolinlamil, Jakarta.
“Dengan memproduksi rudal di dalam negeri akan membentuk industri pertahanan yang kuat dan mandiri. Sekaligus mampu bersaing dan menguasai pasar dalam negeri serta diperhitungkan di pasar internasional,” tambahnya.Dengan memproduksi di dalam negeri juga akan menghindarkan Indonesia dari drama-drama negara penyuplai, seperti yang dilakukan Amerika Serikat menggunakan bernama CAATSA (Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act). Pada 2017 silam, Indonesia dan Rusia menyepakati pengadaan 8 unit pesawat tempur Su-35. Namun kesepakatan kandas setelah Amerika Serikat mengancam dengan CAATSA. Padahal Indonesia sangat membutuhkan pesawat tempur tersebut.
Pemerintah Indonesia telah menyepakati kontrak pembelian 45 rudal Atmaca untuk mempersenjatai kapal perang TNI AL. Kontrak pembelian mencakup unit peluncur serta terminal pendukung. Rudal dengan daya jelajah hingga 220 km dan kecepatan Mach 0,85 ini rencananya akan dipasang di kapal korvet Kelas Fatahilah, Kelas Parhim, dan KCR FPB 57. Selain itu juga akan digunakan untuk OPV (Offshore Patrol Vessel) 90 yang sedang dibangun oleh PT Daya Radar Utama.