Jakarta – Di akhir pemerintahannya, Joko Widodo justru tidak memperkuat ‘legacy’-nya. Jika dulu Joko Widodo dikenang sebagai bapak pembangun infrastruktur, justru keputusan Mahkamah Konstitusi yg berkelindan dengan hubungan ipar dengan Ketua MK semakin menguatkan label Jokowi sebagai ‘bapak pembangun dinasti keluarga’.
Pernyataan keras itu disampaikan Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama, Ari Junaedi menyikapi maraknya keprihatinan yang disuarakan akademisi dan alumni serta civitas academika dari berbagai kampus di tanah air.
‘Turun gunung’-nya para pendidik dari kampus ternama seperti UGM, UII, Universitas Andalas, serta Universitas Indonesia adalah gambaran betapa muaknya para intelektual dengan praktek-praktek kenegaraan yang menyimpang.
Menurut Ari, jelang turunnya Joko Widodo semakin memperlihatkan ambisi kekuasaan keluarga. Anak dan menantu diberi tempat di panggung politik dengan mengabaikan etika
“Semua instrumen kekuasan seperti penyanderaan kasus hukum para elit, penyaluran bansos digunakan utk kepentingan kampanye putranya, ketidaknetralan aparat dan lain lain menjadi wajah “buruk” jelang Joko Widodo menuntaskan jabatannya,” kata pengajar Ilmu Komunikasi di berbagai kampus ini .
Ari menegaskan, demokrasi dan reformasi yang diperjuangkan melalui pengorbanan nyawa dan darah di 1998 ‘diselingkuhi’. Jokowi dengan tidak tahu malu.
Seperti diketahui, setelah ‘Petisi Bulaksumur’ UGM, sivitas akademika Universitas Islam Indonesia (UII) mengkritisi sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dinilai menunjukan gejala praktik penyalahgunaan kekuasaan menjelang Pemilu 2024.
Atas nama sivitas akademika UII, Rektor UII Fathul Wahid menilai perkembangan politik nasional kian menunjukkan tanpa rasa malu gejala praktik penyalahgunaan kewenangan dan kekuasaan. Kekuasaan digunakan untuk kepentingan politik praktis sekelompok golongan dengan mengerahkan sumber daya negara.
“Demokrasi Indonesia kian tergerus dan mengalami kemunduran. Kondisi ini kian diperburuk dengan gejala pudarnya sikap kenegarawanan dari Presiden Republik Indonesia JokoWidodo,” kata Fathul.
Bak ‘bola saju’ yang terus membesar, langkah UGM dan UII ini pun diikuti kampus-kampus lain di berbagai daerah di tanah air.