Bandung – Anggota Tim Pengembang Katalis pada Pusat Rekayasa Katalis ITB, IGBN Makertihartha, mengungkapkan bahwa saat ini ITB sedang mengembangkan katalis dan proses untuk mengkonversi minyak nabati menjadi bahan bakar nabati, seperti bensin dan avtur. Walau sudah menampakkan hasil, penelitian lanjutan tetap harus dilakukan.
“Tapi masih diperlukan kerja sama yang sinergis dari seluruh pemangku kepentingan dan keberpihakan pemerintah agar proses hilirisasi dan komersialisasi proses produksi bahan bakar nabati ini dapat dilakukan dengan baik,” katanya di Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalis ITB.Makertihartha mengungkapkan, sumber daya manusia dan infrastruktur yang dimiliki oleh Indonesia cukup mendukung untuk penelitian lanjutan. Sayangnya dukungan dari pemerintah justru masih minim. Padahal pemerintah punya visi program pengolahan bahan bakar nabati dari sawit ini seharusnya sudah selesai pada 2024. Bila pemerintah memang serius, mustinya bisa lebih mendukung produksi bahan bakar sawit dengan membuat regulasi dan standardisasi melalui SNI.
“Sayangnya pemerintah belum secara maksimal memfasilitasi produksi bahan bakar nabati melalui regulasi dan standardisasi produksi bahan bakar sawit,” ungkapnya.
Tanpa banyak publikasi, tim peneliti telah memiliki banyak pencapaian. Semisal berhasil memproduksi bensa dengan RON sekitar 110-115. Bensa ini telah digunakan sebagai bahan bakar motor yang digunakan sebagai uji coba dari Bandung ke Sabang.
Selanjutnya, tim juga berhasil memproduksi bioavtur J2.4 (campuran 2.4 persen biekerosene dalam avtur fosil) di RU4 Cilacap, dengan menggunakan katalis yang dikembangkan oleh ITB dan Pertamina. Produk ini kemudian diuji coba melalui proses uji statis dan uji terbang menggunakan mesin turbin milik GMF, sedangkan uji terbang dilakukan dengan menggunakan pesawat CN235 milik PT DI. Uji terbang dilakukan dari Bandung ke Jakarta, dan Kembali ke Bandung. Uji ini berhasil dengan sukses.
Kemudian pada Maret 2023, bioavtur J2.4 kembali dilakukan di RU4 Cilacap, dengan menggunakan katalis UOP. Uji ini dimaksudkan untuk melakukan konfirmasi proses produksi dan kualitas bioavtur yang dihasilkan. Bioavtur ini kemudian digunakan untuk uji terbang menggunakan pesawat terbang komersial milik Garuda, jenis Boeing 737-800 yang terbang dari Jakarta ke Solo, dan Kembali ke Jakarta. Uji ini juga berhasil dengan baik.