Jakarta – Pendiri Generasi Perintis, MS Mujab, mengatakan, dalam membicarakan tentang representasi politik anak muda, jangan hanya percaya pada usia figur. Usia muda belum tentu representasi anak muda.
“Figur muda belum tentu mewakili atau membawa gagasan anak muda. Gagasan-gagasan anak muda itu lebih penting dibandingkan usia muda. Jadi ketika melihat kualitas calon presiden dan calon wakil presiden, yang penting dilihat itu adalah apa sih yang menjadi ide gagasannya,” kata MS Mujab saat berbicara di Podcast LanjutGan yang dipandu Reinhard Sirat, Rabu (17/01/2024).
Menurut Mujab, Generasi Perintis pernah melakukan diskusi di internal dan menemukan fakta bahwa sebenarnya politisi anak muda sekarang, orang-orang muda yang mencalonkan diri di kontestasi pemilihan umum (pemilu) dan pemilihan presiden (pilpres) belum tentu orang yang mewakili suara atau aspirasi anak muda.
Mujab mengatakan, pada dasarnya mereka yang maju di ajang kontestasi pemilu itu anaknya siapa. Bisa jadi anak itu sudah punya akses terhadap ekonomi, politik dan sumber daya kekuasaan. Termasuk juga yang sekarang jadi calon wakil presiden (cawapres).
“Ya jelaslah dia jadi cawapres karena bapaknya presiden. Saya yakin dia tidak akan bisa menjadi cawapres kalau bapaknya dia bukan seorang presiden,” kata Mujab.
Menurut Mujab, jangan bicara soal kualitas atau prestasi seorang cawapres kalau ternyata hal itu karena banyak di-feeding (berikan) proyek-proyek nasional di wilayah kerja cawapres itu.
“Saya sangat suka dengan kutipannya Pak Gunawan Muhammad, yang menyebutkan bahwa orang bersangkutan itu (cawapres paslon 02) bisa jadi adalah wali kota yang baik tapi mungkin itu terjadi karena tidak ada kompetisi yang membuat dia jadi yang terbaik. Padahal seninya demokrasi itu kan menghadirkan kompetisi orang-orang yang terbaik,” kata Mujab.
Mujab mengaku dirinya tidak setuju dan bahkan tidak suka dengan argumentasi yang menyebutkan bahwa orang yang bisa meneruskan prestasi kerja Presiden Joo Widodo (Jokowi) adalah anak-anaknya Jokowi.
“Argumentasi itu menghina logika dan intelektual demokrasi kita. Seolah-olah kita semua anak muda tidak punya talenta. Percuma kita sekolah tinggi-tinggi kayak gitu kalau dianggap bahwa kita enggak bisa membangun negara ini, kalau kita tidak punya nama belakang Widodo gitu,” pungkas Mujab.