Keputusan pemerintah, khususnya dalam hal ini Kementerian Pertahanan, membeli alutsista bekas menjadi polemik. Bahkan saat debat capres ketiga (7/1) kemarin, hal itu sempat menjadi perdebatan panas. Menurut capres nomor urut 02 Prabowo Subianto, pertimbangan utama pembelian alutsista adalah usia pakainya. Sekalipun bekas, alutsista layak dibeli selama usia pakainya masih.
Pendapat berbeda disampaikan oleh Direktur Utama PT Len Industri (Persero), Bobby Rasyidin. Saat menjadi narasumber acara “Membangun Kekuatan Pertahanan di Kawasan Regional” yang disiarkan YouTube Media Center Indonesia Maju pada hari Jumat (12/1/2024), ia mengatakan usia pakai alat utama sistem pertahanan (alutsista) bukanlah hal yang penting dalam penggunaan.
“Kalau kami dari perusahaan teknologi yang sangat paham teknologi, itu yang namanya umur alutsista bukan sesuatu hal yang penting,” katanya.
Ia kemudian menyebut tiga hal yang seharusnya menjadi pertimbangan. Pertama adalah operating readiness, atau kelayakannya dioperasikan atau digunakan. Kedua adalah combat readiness, atau kesiapannya digunakan dalam pertempuran sebenarnya. Ketiga adalah tingkat keamanan bagi pengguna.
Bila suatu negara ingin melakukan pengadaan alutsista, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Tidak bisa hanya berpatokan pada standar NATO, karena tiap pengguna memerlukan spesifikais alutista yang berlainan. Makah kesesuaian jenis alutsista yang diperlukan, keberadaan infrastruktur pendukung, ketersediaan crew yang bisa langsung on board, ketersediaan crew pendukung, hingga karakteristik ancaman yang dihadapi harus dipertimbangkan sejak awal.