Denpasar – Ketua Dewan Pimpinan Daerah PDI Perjuangan Provinsi Bali I Wayan Koster menegaskan, di era digital saat ini, pertempuran di ‘udara’ alias perang media sosial sangat menentukan keberhasilan dalam kontestasi politik.
“Saat ini kita tak bisa bertarung hanya dengan pola-pola konvensional, tapi harus serius memperlengkapi pasukan tempur di dunia maya, termasuk di daerah-daerah pelosok,” kata Koster.
Pernyataan itu disampaikan Koster saat membuka ‘Pelatihan Cyber Troops untuk Admin Media Sosial’ di Gedung DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali, Denpasar, Sabtu, 6 Januari 2024.
Gubernur Bali 2018-2023 itu menekankan, cara bertempur partai politik sekarang berbeda dengan pemilihan umum sebelumnya. “Dulu ratusan ribu kader partai berkumpul di lapangan, yang memang penting juga untuk membangun spirit gerakan. Namun saat ini eranya harus didukung perkembangan teknologi yang sangat kuat, terutama teknologi digital, untuk memperkenalkan partai ke masyarakat dalam Pemilu Serentak 2024,” kata anggota DPR RI tiga periode hasil Pemilu 2004, 2009, dan 2014. Pada Pemilu 2014, anak petani desa Buleleng itu menjadi peraih suara terbanyak DPR ketiga nasional.
Untuk Pemilu Legislatif 2024, Koster menaruh target tinggi bagi provinsi yang secara tradisional dikenal sebagai ‘kandang banteng’ ini. “Kalau lima tahun lalu, PDI Perjuangan mendapat 6 dari jatah 9 kursi DPR RI daerah pemilihan Bali, untuk Pemilu 2024 harus bisa tambah satu kursi lagi,” tegasnya.
Untuk DPRD Provinsi, Koster mematok perolehan 38 kursi. Saat ini, hasil Pemilu 2019 memberi PDI Perjuangan 33 kursi dari total 55 kursi di DPRD Bali. Sementara untuk DPRD di 9 kabupaten dan kota di seluruh Bali, Koster memasang target perolehan total 244 kursi, dari 177 kursi yang dimiliki saat ini.
Sekadar catatan, pada Pemilu 2014 PDI Perjuangan menang 41,44 persen di Bali, kemudian meningkat menjadi 54,36 persen pada Pemilu 2019. “Dengan target yang saya tetapkan itu, maka kemenangan PDI Perjuangan di Bali harus menembus 60 persen,” jelasnya.
Untuk Pemilihan Presiden 2014, PDI Perjuangan merebut kemenangan 71,42 persen di Bali, yang bertambah signifikan menjadi menang 91,68 persen di Bali. “Kali ini, kami ingin Ganjar-Mahfud menang 95 persen di Bali, sehingga Ganjar Pranowo jadi presiden dalam satu putaran pemilu,” katanya berapi-api.
Wayan Koster mendatangkan dua awak Limapagi sebagai narasumber pelatihan sehari penuh ini. CEO Nusakom Pratama sekaligus Direktur Limapagi Dr Ari Junaedi menegaskan, ke depan partai harus semakin mengedepankan strategi pengelolaan media sosial sebagai ujung tombak pemenangan setiap kontestasi politik.
“Dulu Bung Karno berkata, ‘beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia’. Kini, berlaku seruan, ‘beri aku sepuluh gigabyte niscaya akan kita guncangkan media sosial,” kata Ari saat membawakan topik ‘Strategi Komunikasi Politik dan Konstelasi Komunikasi Politik di Media Sosial’.
Pengamat komunikasi politik Universitas Indonesia itu menekankan, tak ada cara lain, PDI Perjuangan harus masuk ke wilayah perang digital, selain cara-cara konvensional seperti rapat akbar, pemasangan baliho, dan lain-lain. “Partai politik harus mengembangkan kemampuan membuat konten media sosial seperti Tiktok, Facebook, Instagram, dan Twitter. Kelola medsos secara massif, tingkatkan kuantitas dan kualitasnya,” urainya dalam diskusi dipandu Koordinator Transformasi Digital Partai, DPD PDI Perjuangan Ketut Bela Nusantara.
Narasumber lain, Pemimpin Redaksi Limapagi.id Agustinus Rahardjo menyampaikan materi bertema ‘Pola Manajemen Komunikasi Politik di Media Sosial’, dilanjutkan sharing session ‘Memenangkan Pertarungan di Media Sosial’.
“Pastikan konten kita punya jadwal konsisten, terencana dengan baik, dan sesuai dengan ceruk audiens yang dibidik partai, capres, maupun anggota legislatif yang diperjuangkan,” paparnya,