Jakarta – Badminton lovers dibuat bingung dengan keputusan Pramudya Kusumawardana, pemain ganda putra yang biasa bermain dengan Yeremia, mengambil keputusan untuk keluar dari Pelatnas. Belakangan ini memang beredar rumor bahwa Pram akan keluar dari Pelatnas, interpretasi para penggemar bulutangkis Indonesia ternyata benar. Interpretasi tersebut dilihat dari cara bermain akhir-akhir ini yang terlihat sangat menurun. Komunikasi di lapangan juga sangat minim, padahal pasangan PraYer (Pram-Yere) biasa dikenal dengan pasangan yang ‘romantis’. Dalam hal ini adalah komunikasi verbal dan non-verbal keduanya yang sangat baik di lapangan. Lantas kemunduran Pram menjadi tanya tanya yang besar.
Tanda tanya tersebut perlahan terjawab, pada 18 Desember malam, Pram akhirnya memberikan pernyataan dalam live streaming berjudul “PRAM KELUAR PELATNAS? – Intimate Talk With Pramudya Kusumawardana” yang di publish oleh Youtube Badminton Indonesia. Dalam live streaming melalui zoom meeting itu, Pram menyatakan beberapa hal yang memperkuat alasannya untuk keluar. “Poin pertama mental health. Jadi mental health saya dalam kondisi yang tidak bagus. Dan ini berlangsung lama, yang berefek dalam hari ke hari dalam hidup saya,” ucap Pram. Dari permasalahan tersebut Pram membutuhkan waktu untuk mengistirahatkan diri, karena jika memaksakan akan merugikan orang-orang disekitarnya.
Poin kedua adalah mengenai pendidikan yang rencananya ingin ia ambil. “Saya akan sekolah pendidikan sports science dan sport psychology. Mengapa saya ambil pendidikan di luar negeri? Karena sistem di Indonesia belum mendukung untuk menjadi atlet profesional,” tambahnya.
Alasan ketiga adalah perihal poin Olimpiade, dalam kesempatan yang sama ia mengatakan bahwa ia ingin tampil di Olimpiade. Namun banyak yang harus disiapkan, dan ia merasa dirinya memiliki kapabilitas yang kurang untuk memenuhi target PBSI dan mengharumkan nama Indonesia di perlombaan olahraga dunia ini.
Alasan terakhir ia mengatakan bahwa, “Seperti umumnya manusia, saya mempunyai target dan impian tersendiri dan kondisi saya sendiri, dan mengetahui kapan saya harus mengambil keputusan.” Ada impian serta target tersendiri yang ingin ia capai, walau tidak dijelaskan secara detail. Dari keempat alasan ini, keluar dari PBSI menjadi keputusan yang tepat baginya.
Tentu keputusan ini menuai banyak pro dan kontra, pro terhadap keputusan tegas yang diambil Pram, kontra terhadap kesejahteraan atlet yang dalam tanda kutip tidak diperhatikan PBSI. Apalagi akhir-akhir ini atlet bulutangkis Indonesia sudah jarang membawa pulang piala. Asian Games 0 gelar, pertama dalam sejarah, dan yang terakhir BWF World Tour Finals juga tanpa gelar. Entah apa yang terjadi di dalamnya, namun besar harapan bulutangkis Indonesia bisa bangkit seperti dahulu.
Untuk Pramudya, terima kasih atas perjuangan dan dedikasi yang telah kamu lakukan untuk Indonesia. Teruslah berkarya dan selamat menjalankan pendidikan di negara tetangga. Medali emas SEA Games 2023, dan emas Badminton Asia Championship 2022 akan selalu kami kenang.
*) Maria Fiorenza Ardhani, Pemerhati Bulutangkis


