Bandung: Ekonomi Indonesia seadng tidak baik-baik saja. Hari ini, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) merilis fakta bahwa pabrik berskala besar di Jawa Barat banyak yang gulung tikar. Selain itu, sejumlah pabrik melakukan relokasi. Dalam catatan Apindo Jabar, pada 2023 setidaknya ada 5 perusahaan yang relokasi ke daerah lain. Perusahaan tersebut berada di Karawang, Sukabumi, Purwakarta, dan Bogor. Mayoritas berbisnis di sektor alas kaki dan garmen dengan total pekerja lebih dari 14 ribu orang.
“Perusahaan itu adalah perusahaan padat karya yang tentu saja berjumlah ribuan karyawan setiap perusahaan, bukan lagi ratusan,” kata Ketua Apindo Jabar, Ning Wahyu Astutik, dalam rilis Apindo.
Apindo prihatin dengan kondisi ini karena dampaknya akan membuat jumlah pengangguran di Jawa Barat meningkat. Ning mengungkapkan, dari data yang dihimpunnya, realisasi investasi di Jawa Barat masih bagus.
Dalam lima tahun terakhir angka investasi di Jabar berada di atas Rp 100 triliun, naik dari 2022 sebesar Rp174,58 triliun. Namun, kondisi ini berbanding terbalik dengan serapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja per investasi Rp 1 trilun pada 2022 sebanyak 1.050 orang. Kondisi ini menurun sejak 2017 yanga hanya 1.808. Berbeda jauh dengan 2016 yang mencapai 3.486 orang.
Hal ini dikarenakan investasi yang masuk berupa padat modal, bukan padat karya. Dengan kondisi ini mau tak mau para pekerja di Jabar harus mulai lihai meningkatkan skil agar bisa bekerja di industri padat modal yang berteknologi tinggi. Persoalannya, angkatan kerja di Jabar masih didominasi lulusan sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA/SMK).
Falta itu dikhawatirkan bisa menjadi bumerang untuk perkembangan industri di Jabar karena sektor padat karya persaingannya luar biasa bukan hanya di regional, tapi dalam skala internasional.
“Dengan melemahnya pasar dan persaingan ketat, maka buyer (pembeli) memilih produsen dengan biaya termurah atau yang paling kompetitif,” ungkap Ning Wahyu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, tingkat pengangguran terbuka di Jabar masih naik turun. Pada 2018 angkanya mencapai 8,23 persen yang kemudian naik pada 2020 hingga 10,46 persen. Perlahan angka tersebut turun hingga pada 2023 sudah mencapai 7,44 persen.
Daerah tertinggi pemgangguran ditempati Kota Cimahi dengan 10,52 persen di mana daerah ini sebenarnya dijejali industri padat karya dari tekstil dan produk tekstil (TPT). Dengan kondisi ini, sudah saatnya Pemda fokus pada pariwisata, ekonomi kreatif, dan UMKM. Meski demikian semua butuh proses, dan belum mampu menyerap tenaga kerja yang di-PHK oleh industri padat karya.
“Pemerintah seharusnya juga fokus pada pengembangan SDM, sehingga nantinya mampu bekerja di sektor industri dengan sistem digital dan teknologi tinggi, yang sekarang sudah mulai masuk di Jabar. Apindo siap membantu pemerintah melakukan mapping kebutuhan SDM di industri-industri yang berinvestasi di Jabar,” ucap Ning.
Guna merealisasikan hal itu, harus ada aksi kolaboratif dari semua elemen yang terlibat, mulai dari Pemerintah, pengusaha, dan stakeholder lainnya. “Potensi Jabar luar biasa besar, namun harus dikelola dengan baik, melalui kerja sama multiheliks,” paparnya.