Jakarta – Pakar komunikasi politik sekaligus Direktur Nusakom Pratama Institute Ari Junaedi, mengatakan undecided voters (pemilih bimbang) masih sangat tinggi pada Pilpres 2024. Hal tersebut tergambar dari hasil survei yang baru saja dirilis oleh Litbang Kompas.
Ari pun mengimbau kepada milenial dan Gen Z yang sudah memiliki hak suara untuk lebih kritis mencermati visi misi dari pasangan capres-cawapres dan tidak terbuai dengan gimmick politik.
“Sesuai dengan umur, ini adalah masa-masa galau mereka dan ini menjadi tantangan bagi para kontestan untuk menumbuhkan kesadaran politik. Apalagi milenial dan Gen Z yang baru pertama kali memilih harus lebih mencermati betul visi misi capres-cawapres, jangan hanya terbuai dengan gimmick politik yang dimunculkan,” kata Ari kepada Limapagi, Selasa (12/12).
Ari pun melihat gimmick politik yang ramai diperbincangkan belakangan ini persis seperti Pilpres di Filipina pada 2022 lalu. Pasangan Ferdinand Marcos Jr (Bongbong) dan Sara Duterte yang memenangkan Pemilu dengan strategi gimmick politik, ketimbang mengedepankan visi misi mereka untuk mensejahterakan rakyat Filipina.
“Mereka tidak mengeluarkan visi misi yang berat, mereka hanya menari-nari. Cara ini yang sekarang ditempuh oleh salah satu paslon dengan menduplikasi Filipina. Jadi bagi anak muda yang tidak bisa mengkritisi kebijakan, mereka hanya melihat gimmick itu saja. Padahal waktu itu banyak kandidat yang lebih berbobot daripada Bongbong dan Sara Duterte. Mereka tidak melihat visi misi kandidat,” ucap Ari.
Oleh karena itu Ari meminta kepada timses dan parpol untuk memberikan pendidikan dan literasi politik kepada milenial dan Gen Z melalui strategi komunikasi yang tepat dan dijauhkan dari hoaks atau berita bohong. Sebab, mereka adalah pengguna aktif media sosial sehingga timses dan parpol harus memberikan infomasi yang benar agar memberikan nilai tambah bagi milenial dan Gen Z untuk menentukan pilihannya.
“Karena mereka tidak mengalami Orde Baru dan sejarah betapa otoriternya era saat itu. Mereka saat ini hanya menerima informasi sesaat, hanya sedikit milenial dan Gen Z yang mengkonfirmasi ulang kebenarkan informasi. Ini yang harus ditumbuhkan yakni soal sikap kritis dan menjadi tugas timses dan parpol untuk memberikan kebenaran sejarah. Asupan informasi ini harus berbobot, jangan hanya menyampaikan informasi sampah yang tidak benar,” ujar Ari.
Lebih jauh pengajar di sejumlah universitas tanah air ini pun mengajak milenial dan Gen Z untuk lebih mencermati program paslon dan menakar seberapa visibel program tersebut. Jangan sampai hanya terbuai oleh janji manis yang tidak rasional untuk diwujudkan.
“Jadi tawaran makan dan susu gratis kalau dipikir berapa dana makan siang gratis, bagaimana dengan program itu bisa mematikan UMKM dan Warteg. Bagaimana supply susu nasional bagi seluruh rakyat Indonesia, apakah bisa tercukupi? kita akan impor susu akhirnya dan bagaimana kemandirian susu lokal dimatikan nantinya,” tegas Ari.
Ari berharap dengan adanya debat perdana hari ini dapat mengajak suara gamang untuk dapat memilih pasangan capres-cawapres berdasarkan visi misi dan program yang rasional dan dibutuhkan rakyat.
“Anak muda menunggu apakah debat ini akan bisa mempengaruhi untuk pemilih pemula. Jadi menurut saya debat perdana ini jadi tolok ukur pemilih pemula apakah capres cawapres yang dianggap pilihannya bisa jadi pilihan akhirnya di pilpres,” pungkas Ari.