Jakarta – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Arlyana Abubakar memprediksi
perekonomian Jakarta tumbuh kuat pada akhir tahun 2023 hingga awal 2024, berdasarkan hasil beberapa survei yang dilakukan Bank Indonesia (BI).
Ia memperkirakan, perekonomian Jakarta pada tahun depan akan tumbuh pada kisaran 4,8% hingga 5,6% secara year on year (YoY).
“Survei konsumen, survei kegiatan usaha dan survei penjualan eceran, masih positif dan optimis terhadap kondisi ekonomi di Jakarta,” kata Arlayana dalam seminar Outlook Jakarta 2024 yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu (6/12)
Dia juga menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Jakarta pada kuartal IV tahun ini disebut masih akan terus berlanjut.
“Juga dari sisi investasi seiring dengan penyelesaian proyek strategis, dan membaiknya konsumsi pemerintah, yang didorong oleh akselerasi belanja di akhir tahun,” kata dia
Dari sisi sektoral, pertumbuhan juga akan ditopang oleh lapangan usaha di sektor jasa keuangan, konstruksi, konsumsi, serta informasi dan komunikasi (infokom).
Kemudian pertumbuhan ekonomi yang kuat di tahun 2024 juga ditopang oleh intermediasi perbankan, seperti tingginya penyaluran kredit.
“Pertumbuhan ekonomi Jakarta ini juga didukung intermediasi perbankan yang baik. Tercermin dari penyaluran kredit cukup tinggi dan digitalisasi, salah satunya transaksi melalui QRIS,” ujar Arlyana.
Ia juga mengatakan, inflasi di Jakarta pada tahun tersebut juga diperkirakan tetap terkendali. “Target inflasi di 2024 itu akan lebih rendah, menjadi 2,5 plus minus 1 persen,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Inarno Djajadi mengatakan bahwa Jakarta memiliki peran yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Sementara dalam konteks aglomerasi ekonomi megapolitan, Jakarta memberikan kontribusi hampir seperempat dari ekonomi nasional.
“Pertumbuhan ekonomi Jakarta masih solid meskipun sedikit menurun pada kuartal ketiga 2023. Hal itu mencerminkan resiliensi, ketahanan dan kekuatan ekonomi di tengah dinamika ekonomi global yang penuh ketidakpastian,” ujar Inarno.
Faktor-faktor seperti permintaan domestik, lanjut Inarno, terutama dari konsumsi rumah tangga turut menjadi pendorong utama dalam menjaga pertumbuhan ekonomi yang positif.
Selain itu, upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama Pemerintah Pusat untuk terus memastikan implementasi ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga, mampu menjaga distribusi pangan dan juga menjaga kestabilan harga.
Meski demikian, di tengah peluang pertumbuhan yang terbuka lebar, Inarno menyebut masih banyak risiko yang akan dihadapi ke depan, baik dari sisi global maupun domestik.
“Faktor seperti ketegangan geopolitik, perlambatan ekonomi global dan inflasi yang tinggi menjadi tantangan yang perlu dihadapi bersama,” imbuh Inarno.