Jakarta – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir membidik setoran dividen perusahaan pelat merah akan lebih besar dari penyertaan modal negara atau PMN.
Seperti yang diberitakan, laba BUMN pada 2022 mencapai Rp254 triliun tanpa restrukturisasi yang sebesar Rp55,7 triliun.
Melansir data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja perusahaan pelat merah masih positif dengan laba sebesar Rp231 triliun pada kuartal III-2023 atau naik 10 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp210 triliun. Adapun capaian tersebut meroket dibandingkan laba BUMN pada 2021 yang sebesar Rp125 triliun.
“Kalau kita bandingkan dengan (laba) 2022 yang nilainya Rp254 triliun, mungkin saya optimistis angka ini bisa tercapai dan masih bisa tumbuh lagi untuk 2023,” ujar Erick saat rapat kerja (raker) dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Senin (4/12).
Erick menyampaikan, transformasi juga berdampak besar dalam peningkatan kontribusi BUMN kepada negara melalui dividen, pajak, dan PNBP.
Dia mencatat total kontribusi BUMN dalam 3 tahun terakhir atau pada periode 2020-2022 mencapai Rp1.318 triliun, tumbuh Rp39 triliun dari periode 2017-2019 yang berada di posisi Rp1.279 triliun.
“Sementara realisasi kontribusi BUMN hingga kuartal III 2023 ytd telah mencapai Rp 448 triliun,” ucapnya.
Menurutnya, kinerja apik ini juga mendapat respon positif dari pasar. Dia mencontohkan tingkat return perusahaan pelat merah di bursa yang mencapai 28 persen atau lebih tinggi dari emiten swasta yang sebesar 18 persen.
Erick juga terus mendorong keseimbangan antara penyertaan modal negara (PMN) dengan dividen. Komitmen ini telah disampaikan Erick sejak 2019 yang menginginkan porsi PMN dan dividen bisa setara yakni 50:50.
Tak hanya itu, dia bersyukur BUMN berhasil menyetorkan dividen sebesar Rp81,1 triliun atau melampaui target awal sebesar Rp35,3 triliun pada 2023. Erick menargetkan dividen BUMN pada 2024 akan terus bertumbuh hingga Rp85,2 triliun.
“Artinya kalau ditotal, nanti proporsional antara dividen dan PMN mencapai target 50:50, sekarang insyaAllah bisa 55:45,” lanjutnya.
Erick memerinci total realisasi dan usulan PMN selama periode 2020-2024 mencapai Rp226,1 triliun. Sedangkan realisasi dan usulan dividen di periode yang sama justru lebih besar yakni Rp279,4 triliun.
Dengan demikian, porsi dividen BUMN akan mencapai 55 persen lebih besar dibandingkan PMN yang sebesar 45 persen.
“Hal ini terjadi juga karena dorongan Komisi VI yang mendorong transformasi. Kita juga punya annual report terkonsolidasi sehingga konsisten punya laporan keuangan yang transparan dan bisa menjadi review dan catatan untuk perbaikan di tahun-tahun berikutnya,” tutup Erick.