Sumenep – Menilik potensi dan sumber daya yang dimiliki, semustinya Indonesia sudah lama menjadi negara maju. Namun sampai hari ini Indonesia masih menjadi negara berkembang. Berbagai upaya untuk maju seolah jalan di tempat. Tingkat kemiskinan masyarakat masih tinggi. Semua terjadi karena jumlah koruptor di Indonesia sangat banyak. Kondisi makin diperparah dengan buruknya penegakan hukum.
Pernyataan itu disampaikan oleh Mahfud MD saat menghadiri acara selawatan untuk Pemilu Damai dan Solidaritas Palestina di Pondok Pesantren Annuqayah, Sumenep, Jawa Timur (21/11). Mahfud mengatakan jika semua berlaku jujur, masyarakat akan bisa menikmati kekayaan Indonesia. Ia berharap, para santri bisa menjadi kader untuk menyelamatkan Indonesia di masa yang akan datang.
“Korupsi masih merajalela sehingga rakyat miskin. Masih agak banyak, meski dari waktu ke waktu terus dikurangiOleh sebab itu, ke depannya kita harus tegakkan hukum dengan adil. Lawan korupsi dengan galak agar negara ini dari keadaannya yang tidak sedang baik-baik saja menjadi baik-baik saja,” katanya.
Pernyataan Mahfud MD memang sesuai fakta. Sebagai pembanding, awal tahun ini Transparency International merilis skor CPI (Corruption Perception Index) Indonesia periode tahun 2022. Ternyata Indonesia tahun 2022 berada di skor 34/100 dan berada di peringkat 110 dari 180 negara yang disurvei. Skor ini turun 4 poin dari tahun 2021, atau merupakan penurunan paling drastis sejak 1995.
Dengan hasil ini, Indonesia hanya mampu menaikkan skor CPI sebanyak 2 poin dari skor 32 selama satu dekade terakhir sejak tahun 2012. Situasi ini memperlihatkan respon terhadap praktik korupsi masih cenderung berjalan lambat, bahkan terus memburuk, akibat minimnya dukungan yang nyata dari para pemangku kepentingan.