Jakarta – Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman menyindir soal cap gemas asoy (gemoy) dan santuy yang dinilai tak sehat.
Analogi gemoy sejatinya merujuk pada sosok dari calon presiden (capres) dari nomor urut 2 Prabowo Subianto dan santuy pada gaya politik yang digaungkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
“Sekarang ada istilah gemoy, santuy, seakan-akan yang bisa memimpin negeri ini adalah mereka yang gemoy, gemoy atau gemoy saya enggak tahu juga itu, Gemoy apa gemoy? Gemoy atau santuy ini tentu sesuatu yang tidak sehat,” kata Sohibul dalam acara Kick Off Kampanye Nasional PKS: Road to Final 2024 di Depok, Jawa Barat, Minggu (26/11).
Sohibul mengatakan hal itu sekadar gimmick politik. Fenomena itu, kata dia, justru lebih banyak diperlihatkan pada persaingan politik saat ini.
“Maka PKS memelopori adanya politik gagasan ini untuk mengatasi kondisi yang tidak kita harapkan, apalagi hari-hari ini, saya sangat prihatin, untuk memenangkan demokrasi persaingan demokrasi ini sekarang lebih banyak gimmick nya,” ujar Sohibul.
Presiden PKS pada 2015-2020 itu mengatakan demokrasi bangsa ke depan mestinya harus lebih baik. Yakni, memunculkan pemimpin yang memenangkan pertarungan dan punya kapasitas mengelola pemerintahan, tak sekadar penuh gimmick.
“Memunculkan pemimpin yang di satu sisi punya kapasitas memenangkan pertarungan. Di sisi lain juga kita yakin dia punya kapasitas untuk mengelola pemerintahan,” ucap Sohibul.
Untuk itu, kata Sohibul, situasi tersebut tak boleh dibiarkan begitu saja. Dan pihaknya akan terus menyuarakan politik gagasan untuk meredam gimmick-gimmick yang tak diharapkan publik.
“Situasi ini tentu tidak boleh kita biarkan. Maka PKS memelopori adanya politik gagasan ini untuk mengatasi kondisi yang tidak kita harapkan,” tegas Sohibul.