Kyoto – Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) bersama Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA) berencana meluncurkan satelit pada tahun depan. Uniknya, pesawat yang diberi nama LignoSat ini terbuat dari material kayu dan hanya berukuran sebesar cangkir. Pemilihan kayu sebagai material didasari dua pertimbangan, yaitu mengurangi sampah antariksa serta pemangkasan biaya produksi.
Menurut Badan Antariksa Eropa, saat ini terdapat lebih dari 9.300 ton sampah luar angkasa —termasuk satelit yang sudah tidak berfungsi dan roket bekas— yang mengorbit bumi. Sementara Live Science menyatakan karena sampah-sampah antariksa tersebut terbuat dari logam mengkilap, sehingga kecerahan langit malam meningkat hingga 10 persen dari cahaya alami. Di samping itu, pembuatan satelit berbahan logam jauh lebih mahal. Setelah tidak terpakai juga berpotensi membahayakan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), termasuk pesawat ruang angkasa lain yang membawa manusia, dan bahkan manusia di Bumi.
“Di akhir masa pakainya, satelit kembali memasuki atmosfer,” kata Koji Murata, peneliti di Universitas Kyoto (7/11).
Bedanya, kayu di LignoSat akan terbakar dan akhirnya menjadi gas, sedangkan logam malah menjadi partikel halus. Awal tahun ini, NASA menguji beberapa sampel kayu —termasuk ceri dan birch— di ISS sebagai persiapan peluncuran mendatang. Untuk satelit seukuran cangkir kopi, para peneliti memilih menggunakan kayu magnolia, yang menurut mereka lebih tangguh dalam kondisi luar angkasa yang ekstrem.
Setelah LignoSat diluncurkan, para peneliti akan memantau satelit kayu tersebut setidaknya selama enam bulan untuk melihat kinerjanya. Tim juga akan memantau responsnya terhadap gelombang radio dan medan magnet.