Jember – Teriknya sangatan matahari di siang hari, panasnya aspal jalanan, dan udara yang kering membuat banyak orang memilih tinggal di rumah. Namun tidak demikian halnya dengan Aldi (12). Berbekal sebuah tongkat dengan magnet di ujungnya, remaja asal Jember ini menyusuri jalanan Banyuwangi untuk mencari paku.
Sudah tiga bulan ini Aldi dan ayahnya, Endra Gunawan (40), tinggal di kolong jembatan sungai Setail yang menghubungkan Desa Genteng Kulon dengan Desa Setail. Setelah orangtuanya bercerai, Aldi tinggal bersama ayahnya. Desakan ekonomi membuat Aldi terpaksa putus sekolah demi membantu ayahnya mencari sesuap nasi. Kala hidup makin susah, Endra memutuskan membawa Aldi pindah ke Banyuwangi.
“Saya tidak punya rumah. Merantau ke sini untuk cari kerja,” kata Endra.
Karena tidak punya cukup uang, bapak dan anak ini melakukan perjalanan ke Banyuwangi dengan menumpang kendaraan logistik. Di tengah perjalanan ternyata Endra jatuh sakit. Mereka terpaksa turun di daerah Genteng. Kini mereka ada di kota asing tanpa bekal, kenalan, ataupun kerabat. Mau tidak mau, tidur di kolong jembatan pun dilakoni.
Setelah sembuh, Endra berupaya mencari pekerjaan. Ternyata mencari pekerjaan tidak mudah. Untuk menyambung hidup, ia berkeliling membawa karung untuk mencari barang rongsokan. Aldi pun tidak tinggal diam. Turit mebantu ayahnya mencari nafkah. Berkeliling membawa tongkat bermagnet untuk mencari paku.
“Bawa karung dan cari paku di jalanan. Kita jual untuk beli makan,” kata Endra.
Saat ditemui oleh seorang pemilik akun Instagram, Aldi mengaku sehari rata-rata mendapat uang 25.000 dari penjualan paku. Ada kalanya, meski sudah seharian berjalan, ia tidak mendapat cukup paku. Kalau sudah begitu, ia dan ayahnya harus rela menahan lapar. Sembari berharap rezeki esok akan lebih baik.
Ketika ditanya apakah ingin kembali sekolah, dengan mantap ia menjawab “iya”. Sekalipun dari kleuarga miskin, Aldi sangat menyadari pentingnya pendidikan agar memiliki masa depan cerah.
Sebelum berpisah, pemilik akun instagram tersebut membelikan makanan yang disambut ucapan terima kasih oleh Aldi. Hal yang menarik, Aldi sempat menolak ketika hendak diantarkan pulang. Ternyata selain tahu berterimakasih, anak ini juga bukan tipe orang yang suka memanfaatakan orang lain. Sungguh suatu sikap terpuji yang sudah jarang ditemui di masa sekarang.
Kisah Endra dan Aldi merupakan wajah masyarakat di sekitar kita. Tidak semua orang beruntung bisa makan kenyang, tidur di kasur empuk, atau mengenyam pendidikan di sekolah. Kehidupan yang mereka jalani sangat tidak ramah. Terhadap merekalah kita harus membuka diri. Berbagi berkat guna meringankan beban kehidupan mereka. Sekecil apapun bantuan kita sangat berarti bagi mereka.