Jakarta – Aktivis 1998 Faizal Assegaf berkicau melalui akun media sosial X miliknya. Menurut Faizal, arah pidato Surya Paloh dan Megawati dapat dimaknai sebagai sinyal pemakzulan Jokowi.
“Setelah Surya Paloh, kini Bu Mega ikut melempar kegusaran pada Jokowi. Kedua tokoh secara implisit membuka kemungkinan konsolidasi di parlemen. Jalan menuju pemakzulan Jokowi, terbuka. Ihwal itu terbaca, menjadi fokus perbincangan serius di kanal media sosial. Terlebih publik kian resah akibat praktek kekuasaan Jokowi yang ugal-ugalan, arogan dan tidak netral jelang Pilpres,” kata Faizal.
Ia menambahkan, bukan hanya Surya Paloh dan Megawati yang geram dan prihatinm namun sebagian besar elite bangsa makin bersenyawa dalam bahasa kemarahan rakyat atas politik cawe-cawe Jokowi. Begitu masif rakyat dibuat tidak percaya bahwa Pilpres akan berlangsung jujur dan adil. Sentrum kekacauan tersebut adalah Istana. Jokowi dituding sebagai aktor perusak tatanan bernegara. Karena itu, Surya Paloh terpanggil mengeraskan suara aspirasi rakyat. Bahwa NasDem berjuang menjaga Indonesia. Nasdem berdiri bersama rakyat, menolak watak kekuasaan yang curang dan tidak adil.
Sikap serupa dipertegas oleh pidato Megawati yang sangat berbeda dari sebelumnya. Mega terpaksa menggunakan nuraninya, mengkritik keras Jokowi. Sembari memompa perlawanan rakyat. Di luar dinamika partai, berbagai tokoh dan elemen rakyat terus berkonsolidasi. Secara agresif menuntut Jokowi dilengserkan. Agar negara tidak tersandera dan memastikan Pilpres tidak dicurangi.
“Dinamika krusial kekinian butuh keberanian dan tindakan konkret. Surya Paloh dan Megawati sudah mengikrim pesan yang kuat. Menanti elite bangsa dan rakyat bersatu mengakhiri ketidakadilan bernegara. Solusinya, Jokowi mundur atau dilengserkan,” kata Faizal.