Yogyakarta – Kota Yogyakarta ternyata tidak hanya punya gudeg. Ada banyak kuliner lokal yang ternyata tidak kalah enaknya. Salah satunya adalah warung Bakmi Jawa Pak Pele. Warung bakmi tradisional ini ada di sisi timur alun-alun utara Kraton Yogyakarta.
Seperti namanya, menu utama di sini adalah bakmi Jawa. Secara umum, bakmi Jawa menggunakan mie kuning dan bihun. Penyajiannya dengan taburan suwiran daging ayam, irisan kubis, daun bawang, telur ayam, dan bawang goreng. Rasa gurih dari kaldu ayam yang digunakan dalam proses pemasakan menjadikan cita rasa bakmi makin nikmat.
Pak Pele menyajikan bakminya dengan tiga ciri khas. Pertama, memasak pakai anglo (kompor tradisional dari tanah liat) dan arang. Kedua, menggunakan telur bebek yang membuat rasa hidangan makin gurih. Ketiga, memasak tiap porsi pesanan secara terpisah untuk menjaga citarasa otentiknya. Karena konsisten menjaga citarasa otentiknya, tidak heran kalau warung ini menjadi langganan banyak orang. Terutama mereka yang ingin mencicipi citarasa otentik kuliner tradisional ala Jawa.
“Karena masaknya per porsi, waktu tunggu penyajian jadi lama. Apalagi jika pengunjung sedang ramai. Tapi semua terbayar dengan cita rasa hidangan yang otentik,” kata seorang pelayan dengan ramah.
Sesuai namanya, menu utama warung ini adalah bakmi. Pengunjung bisa memesan bakmi goreng, bakmi godog (rebus), bakmi nyemek (kuah lebih sedikit dari bakmi rebus), dan magelangan (bakmi campur nasi goreng). Namun bagi yang ingin menu non bakmi, warung ini juga menyediakan nasi goreng, capcay, sop, hingga rica-rica ayam.
Oleh karena nama warungnya bernama Pele, banyak yang menyangka pemilik warung ini juga bernama Pele. Saat ditanyakan langsung kepada pihak pengelola, ternyata pemilik warung ini adalah Suharjiman. Mulanya ia adalah pegawai di PT Punokawan dari tahun 1972-1982. Setahun setelah tidak lagi jadi pegawai, ia memutuskan berjualan bakmi Jawa. Adapun nama Pele terinpirasi dari nama pesepakbola asal Brazil yang saat itu sedang naik daun.